Pelajaran terakhir adalah pelajaran olahraga, semua murid dari kelas Wulan sedang berdiri membentuk lingkaran di lapangan basket. Di bawah teriknya matahari siang itu, mereka di suruh melakukan pemanasan sebelum pelajaran di mulai. Beberapa murid mengeluh karena panas siang itu. Mereka berusaha untuk melindungi wajah mereka dari paparan sinar matahari siang itu.
"Nanti sore kau datang latihan kan?" Tanya Yani. "Sepertinya menyenangkan bisa melihatmu memegang tongkat Mayoret. Aku juga tidak sabar melihat reaksi Yela."
"Yani ... Wulan... lakukan gerakannya dengan benar." Teriak Guru Olahraga.
Wulan menyuruh Yani untuk diam, sementara dari sudut barisan yang lain, Naka terus memperhatikan Wulan dengan sedikit senyuman di ujung bibirnya.
"Kenapa dia terus melihatku dengan wajah tampannya seperti itu? Kalau seperti ini terus rasanya ingin ku ungkapkan ke semua orang kalau laki-laki tampan itu adalah pacarku." Batin Wulan.
Setelah melakukan pemanasan, Pak Guru memberikan instruksi kepada mereka semua untuk melakukan Roll Depan dan Roll Belakang. Hal yang tidak di sukai Wulan karena dulu saat SMP dia selalu menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Gurunya memberikan arahan gerakan yang harus mereka lakukan. Salah satu siswi mengangkat tangannya dan memberitahu Gurunya jika dia tidak bisa melakukannya karena dia bisa muntah.
"Siapa lagi yang tidak ingin melakukannya?"
Wulan langsung mengangkat tangan.
"Apa alasanmu?"
"Saya tidak bisa Pak. Nanti pinggang Saya sakit." Katanya dan membuat murid-murid yang lainnya tertawa. Belum melakukan gerakannya saja dia sudah di tertawakan, apalagi jika nanti dia melakukannya?
"Kau mau melakukan gerakan Roll depan-belakang atau memilih untuk lari keliling lapangan basket selama dua puluh putaran?"
Lari keliling lapangan basket sangatlah mudah, tetapi di bawah terik matahari yang sepanas itu? Tidak! Dia bisa muntah dan pingsan di putaran ke lima.
"Ikut Roll depan-belakang Pak." Katanya lemas.
"Semuanya berbaris." Katanya. Guru tersebut memegang sebuah buku yang berisikan nama-nama muridnya, dia akan melakukan penilaian.
Satu persatu murid melakukan gerakan itu, ada yang melakukannya dengan mudah ada juga yang tidak bisa melakukannya. Yang bisa akan di berikan tepuk tangan yang meriah sementara yang tidak bisa akan di tertawakan.
"Wow! Aku tidak tau kalau kau pandai melakukannya." Kata Wulan pada Yani. Dia juga kaget karena Nell melakukannya dengan sempurna.
Saat giliran Wen, pria itu berusaha untuk melakukan improvisasi yang pada akhirnya membuat kakinya keseleo. Wulan ingin menertawakannya, tetapi dia ingat belum gilirannya dan dia takut kena karmanya.
Tiba giliran Naka, dia juga melakukannya dengan sangat baik. Setelah gilirannya Naka, dia menghampiri Wulan dan memberikan arahan pada pacarnya itu. Yani juga mencoba memberikan arahan berharap Wulan bisa melakukannya dengan baik.
"Kalau masalah teori, tentu saja aku bisa melakukannya dengan mudah." Wulan mendengus.
Saat gilirannya tiba, Wulan begitu was-was. Dia menyuruh Naka untuk pindah posisi, jangan berada di belakang ataupun di depan. Dia bahkan menyuruh Naka untuk pergi darisana. Dia malu jika Naka melihat atraksinya saat itu.
"Apa yang kamu takutkan? Kamu malu?"