"Lihat ini! Lihatlah! Aku yakin kamu yang akan terpilih menjadi Mayoret." Teriak Yani penuh semangat. Setelah melewati proses seleksi selama ini akhirnya hari ini telah di umumkan kalau Wulan yang akan menjadi Mayoret bersama Yela. Teman sekelas Wulan juga ikut senang saat mendengar nama Wulan yang terpilih padahal sebelumnya mereka tidak mendukung Wulan.
Latihan untuk pementasan 17 agustus akan semakin intens, waktu untuk berada di rumah akan semakin berkurang.
"Wulan, bisa bicara sebentar?"
Wulan menengadahkan kepalanya, menatap Wiko yang sudah berdiri di depannya.
"Iya, ada apa?"
Wiko tidak langsung menjawab, dia mengajak Wulan untuk pergi ke depan kelas. Disana tidak banyak murid yang sedang berdiri karena mereka semua sedang ke kantin.
Yani hanya menggerakan kepalanya menyuruh Wulan untuk mengikuti Wiko. Dari dalam kelas, Yani berusaha untuk melihat dan mendengarkan apa yang sedang di bicarakan Wiko pada Wulan.
"Ada apa?" Tanya Wulan.
Wiko melihat sekelilingnya, masih ada murid yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Tidak jadi, nanti saja." Katanya.
"Mau bicara apa?" Tanya Wulan.
"Nanti sore, kamu ada latihan Drumband kan?" Tanya Wiko. "Nanti sore aku jemput bagaimana?"
Wulan mengerutkan dahi mendengar ucapan Wiko. "Maksudnya bagaimana?" Tanya Wulan lagi. Dia cukup ngeri mendengar ajakan Wiko, selama ini pria itu selalu menunjukan raut wajah yang menyebalkan. Tetapi hari ini dia menawarkan diri untuk menjemput Wulan.
Wiki berdehem pelan. "Nanti sore aku jemput, aku yang antar kamu ke Sekolah untuk latihan Drumband."
"Kenapa tiba-tiba?" Wulan mulai menangkap arah omongan Wiko.
Wiko tersenyum malu-malu sambil menggaruk bagian belakang lehernya. Senyuman itu membuat Wulan paham apa yang ingin di bicarakan Wiko.
Wulan butuh Yani segera keluar dari kelas dan memanggilnya, mengeluarkan Wulan dari situasi itu.
"Anthonius! Ini pesananmu." Naka memberikan roti yang sengaja dia belikan untuk Wulan. Ekspresi wajah Naka menatap Wiko terlihat tidak suka. Dia membaca gelagat Wiko yang ingin mengatakan perasaannya.
Wulan menerima roti yang di berikan Naka, matanya mencoba memberikan kode pada Naka.
"Apa?" Tanya Naka tak suka, perasaan tak suka yang sebenarnya dia tunjukan pada Wiko, karena Wiko masih berusaha untuk menahan Wulan disana bersamanya. "Uangnya mana?" Tanya Naka kemudian pada Wulan.
"Ck. Sebentar aku ambilkan." Wulan masuk di susul Naka di belakangnya.
"Wiko bicara apa sama kamu?"