Langkah Dion terasa lebih berat saat ia masuk ke rumahnya. Pikirannya begitu kacau, rasa sakit dan penghianatan menghancurkannya. Dia tidak pernah sesakit ini, bahkan saat Wulan menolak perasaannya. Dion meletakan tas sekolahnya di lantai lalu melemparkan tubuhnya di atas kasurnya.
Kenapa Wulan menolak ku?
Kenapa Naka memilih Wulan?
Kenapa Wulan malah menerima Naka?
Apakah Naka lebih tampan dan menarik?
Dia juga merasa malu jika Naka tau kalau Wulan pernah menolaknya, dia merasa begitu menyedihkan.
Apakah aku harus membalas dengan cara yang lebih jahat? Rasanya dia ingin membalas Naka, dia merasa Naka keterlaluan dengannya.
Dion memejamkan matanya, berusaha mengabaikan penat di kepalanya itu. Dia bahkan tak sadar jika Khian sudah berada di dalam kamarnya.
Khian menatap Dion dan merasa begitu bersalah pada sahabatnya itu, dia yang sudah membantu Naka untuk mengungkapkan perasaannya pada Wulan.
Khian mencondongkan sedikit wajahnya dan memperhatikan Dion."Aku minta maaf."
Ucapan Khian sontak membuat Dion membuka matanya. Dia menatap Khian dengan wajah bingung. Kenapa dia yang minta maaf? Dion bangun dan duduk.
"Ata co'o hau? (Kamu kenapa?)" Dia merasa aneh dengan Khian. "Haer ata wedol. (Kayak orang gila."
Sebelum mulai cerita, Khian keluar dari kamar Dion, dia pergi ke dapur dan mengisi air dingin di sebuah teko plastik. Dia membawa masuk kedalam kamar Dion beserta sebuah gelas kecil.
Dion tau, pasti ada satu hal yang akan membuatnya marah jika Khian datang sambil membawa air.
Khian meletakan teko dan gelasnya di lantai lalu meminta Dion untuk duduk bersama dengannya di lantai.
Dion menurut dan menatap curiga.
"Pertama-tama, saya mau minta maaf. Kedua, saya akan berbicara jujur, ketiga ... boleh marah tetapi jangan mendiamiku. Okay? Pukul saja tidak masalah." Khian mengambil posisi, dia duduk bersila menatap Dion.
"Mau bicara apa?"
Khian menuangkan air putih kedalam gelas dan menaruhnya di depan Dion.
"Kamu pasti tau kalau Naka dan Wulan pacaran." Kata Khian. Dia tidak lanjut bicara karena Dion mengambil segelas air itu dan meneguknya dengan wajah kesal.