Pagi itu, Wulan sengaja berangkat Sekolah sendirian. Dia ingin berangkat bersama Ayu. Wulan menunggu Ayu lewat di depan teras rumahnya. Dia akan membereskan masalah yang terjadi, dia ingin semuanya baik-baik saja dan kembali menjalin hubungan dengan sahabat-sahabatnya seperti dulu lagi. Semalam dia sudah berbicara dengan Dion dan sekarang dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Ayu dan Bia. Sudah lima belas menit dia menunggu namun Ayu tak kunjung lewat. Wulan mendecak kesal saat dia menyadari Ayu pasti melewati jalan lain agar tidak berpapasan dengan Wulan.
Wulan bergegas meninggalkan rumahnya dan berlari pelan menuju tempat menunggu bemo. Wulan tersenyum kecil melihat Ayu dan Bia yang sedang menunggu bemo bersama beberapa orang siswa dari Sekolah lain. Wulan mempercepat langkahnya dan memastikan dia tiba di samping kedua sahabatnya sebelum mereka melihatnya. Karena Wulan yakin jika mereka melihat Wulan lebih dulu, mereka berdua pasti akan segera menghindarinya. Prediksi Wulan sangat tepat, dia tiba di samping sahabatnya.
"Kenapa kamu tidak memanggilku?" Tanya Wulan. 'Tadi aku menunggumu di depan rumahku." Dia berkata pada Ayu.
Ayu mengacuhkannya dan hanya berbicara pada Bia. Tidak seperti Bia yang sedikit melirik Wulan, Ayu sama sekali mengabaikan Wulan.
"Hari-hari kita menunggu bemo seperti ini. Masalahnya selalu sama karena antri beli bensin." Keluh Ayu. Memang saat itu cukup susah untuk mendapatkan bensin.
Siswa yang tidak sabar menunggu bemo memutuskan untuk berjalan kaki, berharap ada bemo lewat di pertengahan jalan mereka.
"Ayo kita jalan kaki saja." Ajak Bia. Dia berkata sambil melirik Ayu dan Wulan bergantian.
"Ayo." Sahut Ayu sambil menggandeng lengan Bia dan mempercepat langkahnya.
Wulan mengikuti mereka berdua, dan saat tau Wulan berada di belakang mereka, keduanya juga mempercepat langkahnya. Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan sama sekali antara Bia dan Ayu, Wulan juga hanya terus mengikuti langkah kedua sahabatnya. Hari itu, dia tidak takut jika di hukum saat dia terlambat masuk kelas, yang penting dia bisa menyelesaikan urusannya dengan kedua sahabatnya itu.
Di pertigaan pohon beringin dekat kantor Bupati, Bia pisah dengan Ayu, karena arah Sekolah mereka yang beda. Sebelumnya Bia menoleh kearah Wulan, ekspresi di wajahnya seperti menyuruh Wulan untuk memanfaatkan kesempatannya saat itu dan berbicara dengan Ayu. Dengan perlakuan Bia seperti itu, Wulan yakin jika Bia tidak lagi marah padanya.
Wulan mempercepat langkahnya dan mensejajarkan langkahnya dengan langkah Ayu.
Wulan mencoba mengajaknya bicara, tetapi tetap saja Ayu mengabaikannya. Ayu mempercepat langkahnya dan berharap segera tiba di Sekolahnya. Namun melihat Wulan yang terus mengekorinya, akhirnya dia menghentikan langkahnya dan dia mulai angkat bicara.
"Apa yang ingin kamu jelaskan?" Tanya Ayu dengan wajah kesal. "Kamu ingin mencari pembelaan?"
"Aku minta maaf." Katanya.
Ayu tidak mengatakan apapun namun terlihat dia mengepalkan kedua tangannya, terlihat jelas betapa dia begitu marah dan kecewa. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, dan langsung melengos pergi begitu saja.
Kenapa dia bisa semarah itu saat mengetahui hubungan Wulan dan Naka? Wulan tidak mengetahuinya dan satu-satunya cara yang akan dia lakukan adalah meminta bantuan Bia.
Setibanya di depan gerbang Sekolah, dia sudah pasrah dengan hukuman yang akan dia terima karena sudah terlambat.