Wulan terdiam mendengar penjelasan Naka mengenai perasaan Ayu pada Naka yang dia pendam selama ini. Dia sudah menduganya, setelah melihat reaksi Ayu saat mendengar mereka berpacaran.
"Kita sudah melakukan apa yang harus kita lakukan, kita sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Jika mereka tidak mau menerimanya itu urusan mereka. Sudahlah, tidak perlu kita pikirkan lagi, ada banyak hal yang harus kita lakukan. Acara 17 agustus sebentar lagi dan festifal Golo Curu juga."
Mungkin mudah jika di ucapkan tetapi akan sulit untuk di lakukan. Namun, Wulan akan mencobanya, seperti yang di katakan oleh Naka. Mereka sudah melakukan apa yang harus mereka lakukan, sekarang dia harus mempersiapkan dirinya untuk acara 17 Agustus.
Yani melambaikan tangannya pada Wulan, memanggilnya karena mereka akan memulai latihan lagi. Sebelum Wulan pergi, Naka meminta Wulan untuk menunjukan telapak tangannya, kapalan di tangannya masih ada.
"Masih pemula, jadi tidak apa-apa." Kata Wulan sembari tersenyum. Dia bergegas meninggalkan Naka dan menghampiri Yani yang begitu antusias ingin melihat Wulan memegang tongkat mayoretnya.
Yani memperhatikan wajah Wulan dan tersenyum kecil. "Cantik." Gumamnya pelan.
Wulan langsung bingung dan menatap Yani dengan raut aneh.
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Wulan.
"Kamu itu cantiknya natural, dan memang benar-benar cantik."
Wulan semakin bingung mendengar ucapan Yani, lalu kebingungannya itu terjawab.
"Aku dengar, Yela memakai bedak dari Neneknya, bedak yang dia pakai bisa memikat siapapun."