Naka Wulang

Ntalagewang
Chapter #37

Saingan?

Wulan kembali menatap Naka tang sejak tadi menatapnya. Naka merasa heran karena sejak tiba di Sekolah Wulan tidak berbicara sama sekali dengan Naka, dia juga tidak mau Naka menjemputnya. Naka jadi penasaran, apakah Wulan marah padanya karena Ayu?

"Kamu tidak mau mengatakan apapun padaku?" Tanya Naka. "Sikapmu yang diam seperti ini membuatku bingung Wulan. Aku ingin menjemputmu tadi pagi tetapi kamu menolaknya, dan sekarang kamu mendiamiku seperti ini."

Wulan bingung bagaimana caranya mengatakan pada Naka tentang kedua orang tuanya yang tidak menyetujui dan tidak suka jika Wulan dekat dengan Naka. Dia takut dengan segala konsekuensi yang akan dia terima nantinya, dia belum bisa kehilangan Naka, dia belum bisa jika harus melihat Naka dengan gadis lain saat mereka berpisah.

Wulan belum siap untuk semuanya, dia pun terpaksa menyunggingkan sedikit senyuman di bibirnya. "Semalam aku di marahi karena pulang larut. Aku salah karena tidak memberi kabar pada kedua orang tuaku. Karena merasa kesal pada mereka jadi aku juga mendiami kamu seperti ini."

"Seharusnya semalam aku berbicara dengan Bapakmu, sehingga dia mereka tidak perlu mengomelimu." Kata Naka.

"Tidak apa-apa. Yang penting ke depannya tidak perlu pulang malam-malam lagi."

Obrolan keduanya terhenti, ketika terdengar panggilan melalui speaker jika seluruh anggota drumband berkumpul di lapangan. Mereka menggunakan jam pelajaran untuk berlatih drumband.

Latihan di bawah terik matahari pagi itu, tak membuat semangat para anggota drumband lelah, mereka malah terlihat semakin semangat dengan pukulan-pukulan di atas drum mereka. Saat mereka break latihan, mereka semua duduk santai di depan halaman sekolah sambil menikmati minuman dingin. Wulan duduk di samping Yani, Wulan selonjorin kedua kakinya sambil memijatnya pelan.

"Mau aku bantu?" Seorang pria duduk di sampingnya sambil tersenyum kecil. "Melihat ekspresimu seperti itu, aku pastikan kalau kamu tidak mengenalku." Katanya lalu mengulurkan sebelah tangannya.

Wulan menyambut dengan ragu, dia memang tidak mengenal pria itu.

"Aku Dery, dari kelas X³. Aku di posisi bas."

Wulan tersenyum, dia begitu fokus berlatih selama ini sampai dia tidak mengenal pria itu.

"Kakimu sakit?"

"Sedikit sakit." Jawabnya.

Yani melongokan sedikit kepalanya untuk melihat wajah Dery. "Oh .. hei ..." katanya menyapa Dery. "Tumben sekali. Ada apa?" Katanya.

Rupanya Dery adalah teman sekolah Yani saat SMP. Dery tersenyum mendengar sapaan Yani. "Memangnya tidak boleh?" tanya Dery. "Kamu apa kabar?"

"Aku? atau dia?" goda Yani. "Kalau aku seperti yang kamu lihat, kalau dia? sepertinya kamu harus ..." Yani tidak melanjutkan kalimatnya karena Naka datang membawakan minuman untuk Wulan.

Lihat selengkapnya