Aku mulai mengetik, sambil melakukan riset soal selancar air dengan metode 'berselancar' di internet. Laman demi laman kubuka dan kubaca, dan aku dibuat takjub oleh para atlet ini. Bagaimana bisa ada orang yang menaiki papan nyaris ke tengah laut, menari di atas ombak seolah gelombang berada di bawah kendalinya? Demi memuluskan cerita yang kutulis, aku sampai menyewa sebuah film dokumenter tentang peselancar kelas dunia yang berasal dari Hawai. Kutonton kisahnya sampai akhir, dan aku merinding. Bukan hanya karena prestasi dan caranya berselancar yang bagi orang awam sepertiku pun, luar biasa indah dan kuat. Tetapi karena orang ini harus melawan penyakit mentalnya, bipolar disorder, di tengah namanya yang semakin melambung tinggi.
"Popularitas itu mengerikan untuk orang-orang bermental lemah. Kayak kamu." Luna kembali merongrongku dengan kata-kata, dia suka sekali menyalahkanku atas sifatku yang mudah mlempem.
"Udah sampe mana nulisnya?" Luna mengalihkan pandangan ke layar ponselku. "Coba lihat, aku mau baca."
Dengan enggan kuberikan cerita yang baru awal kepada Luna, "Nih."
*
Seperti yang kubilang sebelumnya, ini kisah soal Diandra dan Raka. Antara peselancar dan perintis perusahaan peralatan selancar. Judul cerita ini: Lautan Sunyi.
*
"Oke. Sekarang kita sudah bersama dengan salah satu peselancar wanita Indonesia, yang sudah go international! Diandra! Apa kabar?"
"Baik."
"Nah, sekarang setelah kamu memperoleh satu lagi gelar di kompetisi internasional, apa pencapaian yang kamu ingin raih ke depannya?"
"Lebih banyak lagi kemenangan."
"Wah... Ambisius sekali! Semoga benar-benar terwujud ya. Selanjutnya, kita punya banyak pertanyaan dari para penggemar. Saya gak bisa tanyakan satu-persatu, jadi saya ambil satu pertanyaan terbanyak. Menurut kamu, laut itu apa? Seperti apa rasanya saat kamu sedang berselancar, menaiki ombak ganas yang bagi kebanyakan orang kelihatan mengerikan?"
"...."
*
Lembaran-lembaran koran berserakan di lantai setelah seseorang melemparnya dengan penuh amarah.
"Bisa-bisanya dia tiba-tiba hilang, gak mau nerusin kontrak!!! Ini kan lagi di puncak karir, kok malah seenaknya sendiri!!"
Beberapa orang yang berada dalam satu ruangan dengan lelaki berwajah murka itu hanya bisa berdiri sambil menunduk ketakutan.
"Kalian gak tahu dia kemana?! Dia gak bilang apa-apa?!"
Akhirnya, salah seorang dari para penakut itu menengadahkan kepalanya perlahan, berhati-hati menatap mata atasannya yang duduk di ujung kursi putar dengan emosi yang meluap-luap.
"Dia bilang... Mau pulang ke kampung halaman, Pak."
Tak ada lagi yang berbicara, dan pria yang penuh amarah tadi kini hanya bisa menghela napas panjang. Matanya melirik ke arah koran yang tadi dibacanya, yang menjadi pemicu kemarahannya. Tertulis dengan huruf tebal dan besar di salah satu kolom, dengan foto wanita yang beberapa tahun terakhir ini menjadi brand ambassador pakaian olahraga yang diproduksi perusahaannya:
DIANDRA, PESELANCAR WANITA BERPRESTASI, MENDADAK PENSIUN DI USIA MUDA
Diandra Sukma Samudra mengejutkan para penggemar olahraga surfing, setelah secara tiba-tiba mengumumkan untuk berhenti dari olahraga yang membesarkan namanya, sebulan setelah kemenangannya di kompetisi internasional.
*
Hukuman terberat yang bisa dijalani seseorang adalah berdampingan dengan apa yang ia cintai, namun tak diperkenankan untuk menikmatinya. Hanya bisa memandang dari kejauhan, berangan-angan kapan cinta itu menjadi miliknya, berharap suatu saat akan ada yang mengatakan bahwa 'Dia milikmu. Tak ada yang berhak merebutnya darimu.'
Gulungan ombak menyambut kedua mata Diandra kala ia menjejakkan kaki di hangatnya pasir putih sore hari. Deburan yang familiar di telinganya, aroma laut yang merasuk ke paru-paru dan kekuatan angin pantai yang menerbangkan helai-helai rambutnya. Sejauh apapun Diandra pergi ke belahan dunia ini, pantai dan ombak selalu menyeretnya kembali. Ayahnya pernah berkata bahwa mungkin Diandra sebenarnya adalah putri samudra yang tersesat di dalam rahim ibunya, dan menjadi anak daratan. Seketika hati Diandra menjadi sesak, sebagaimana setiap kali ingatan tentang kedua orang tuanya kembali.