Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #1

Bab 1 - Awal Bahagia

Cinta Putri Amelia berdiri di depan cermin besar di kamar tidurnya, memandangi bayangan dirinya yang tersenyum lebar. Pagi itu, sinar matahari menerobos lembut melalui jendela, menghangatkan ruangan dengan kehangatan alami yang menenangkan. Di belakangnya, terdengar suara riuh ceret mendidih dari dapur, menandakan bahwa suaminya, Ari Wibowo Wicaksono—atau yang biasa dipanggil Bowo—sedang menyiapkan teh pagi, rutinitas kecil yang dengan cepat menjadi bagian dari kehidupan rumah tangga mereka.

 

Sudah sebulan sejak mereka menikah, dan Cinta masih merasa seperti hidup dalam mimpi. Setiap sudut rumah mungil mereka di Yogyakarta seolah-olah berbisik tentang kebahagiaan yang baru. Dinding yang baru saja dicat warna krem lembut, meja kayu sederhana yang mereka pilih bersama di toko furnitur lokal, bahkan kursi goyang tua di sudut ruangan yang mereka temukan di pasar barang antik, semua itu adalah bagian dari kehidupan baru yang mereka bangun bersama. Hidup terasa begitu manis, begitu sempurna.

“Sayang, tehnya sudah siap. Mau pakai gula atau madu?” Suara Bowo dari dapur memecah kesunyian pagi.

Cinta tersenyum. Dia menyukai cara Bowo selalu menyiapkan teh pagi untuknya. Itu adalah salah satu dari banyak hal kecil yang membuatnya merasa begitu dicintai. "Pakai madu, ya," jawabnya sambil melangkah keluar dari kamar tidur menuju ruang makan.

Bowo sedang berdiri di dapur, mengenakan kaos abu-abu polos dan celana pendek santai. Ia tampak sibuk menuangkan air panas ke dalam dua cangkir keramik yang mereka beli sebagai hadiah pernikahan. Senyum lebar menghiasi wajahnya ketika melihat Cinta mendekat. "Selamat pagi, Nyonya Wicaksono," godanya, seolah-olah masih tak percaya bahwa mereka sekarang resmi menikah.

“Selamat pagi, Tuan Wicaksono,” balas Cinta sambil meraih cangkir tehnya. Mereka tertawa bersama, seperti dua orang yang sedang jatuh cinta di hari-hari awal pernikahan mereka.

Setelah duduk di meja makan, Cinta memandang ke sekeliling rumah mereka. Rumah itu tidak besar, tapi baginya, rumah tersebut adalah segalanya. Itu adalah simbol dari kehidupan baru mereka, tempat di mana mereka akan memulai keluarga dan membangun masa depan bersama. Setiap hari bersama Bowo terasa seperti petualangan baru. Mereka selalu memiliki hal-hal kecil untuk dibicarakan, mulai dari rencana akhir pekan, tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi di sekitar Yogyakarta, hingga harapan-harapan besar untuk masa depan. Cinta merasa aman dan bahagia di samping suaminya, yang selalu penuh perhatian dan lembut.

“Kalau begitu, apa rencanamu hari ini, Cinta?” tanya Bowo sambil menyeruput tehnya.

Lihat selengkapnya