Hari-hari di Yogyakarta terus berlalu, namun bagi Cinta Putri Amelia, waktu seolah berhenti di titik yang menyakitkan. Sudah lebih dari sebulan sejak Bowo mengirimkan pesan singkat yang menghancurkan hatinya. Sementara harapannya untuk mendapatkan penjelasan dari suaminya semakin pudar, dia merasa terpuruk dalam lautan kesedihan yang tak berujung. Dalam suasana yang penuh dengan kepedihan itu, Cinta tahu bahwa dia perlu berbicara dengan orangtuanya, untuk mencari dukungan dan bimbingan.
Cinta mengumpulkan keberanian untuk mengunjungi orangtuanya di rumah. Ketika dia tiba, suasana hangat yang biasanya menyambutnya kini terasa berbeda. Dia merasakan kecemasan dan kesedihan yang menggelayuti rumah itu. Ibunya, Siti, dan ayahnya, Joko, sedang duduk di ruang tamu, wajah mereka tampak tegang. Cinta bisa merasakan bahwa mereka mengetahui apa yang terjadi antara dirinya dan Bowo.
"Kenapa kamu kelihatan begitu murung, Cinta?" tanya ibunya dengan nada lembut, meski sorot mata itu menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
Cinta menghela napas dalam-dalam sebelum memulai cerita. Dia menceritakan tentang Bowo, keputusan mengejutkannya untuk merantau, keguguran yang tragis, dan akhirnya pesan cerai yang datang begitu tiba-tiba. Dia berusaha menyampaikan semua perasaannya, dari kesedihan hingga kebingungan. Dia ingin orangtuanya memahami betapa hancurnya hatinya, dan betapa sulitnya untuk melanjutkan hidup tanpa kehadiran Bowo di sisinya.
Setelah mendengar penjelasan Cinta, wajah ibunya berubah. Raut marah dan kecewa muncul dalam ekspresi Siti. "Bowo! Anak itu tidak tahu apa yang dia inginkan. Dia pergi begitu saja dan meninggalkanmu dalam keadaan sulit! Cinta, kamu harus berjuang untuk pernikahanmu. Kamu tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja!"
Ayahnya, Joko, menambahkan, "Cinta, perceraian bukanlah jalan keluar. Kamu sudah menikah, dan pernikahan adalah tentang saling berkomitmen, apapun yang terjadi. Kita harus berusaha mempertahankan keluarga ini."
Cinta merasa terjebak di antara dua dunia. Di satu sisi, ada orangtuanya yang penuh kasih dan ingin melihatnya bahagia. Di sisi lain, ada suaminya, yang telah mengecewakannya dengan keputusannya. "Tapi Ayah, Ibu, bagaimana jika Bowo tidak ingin kembali? Dia sudah mengirimkan pesan itu tanpa memberi penjelasan. Saya tidak tahu apakah dia masih mencintai saya atau tidak."
Siti menggelengkan kepalanya, "Itu bukan alasan untuk menyerah, Cinta. Kamu harus berbicara langsung dengan Bowo. Coba cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan hanya menerima keadaan ini tanpa berusaha."