Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #16

Bab 16 - Hari Perceraian

Cinta Putri Amelia menatap bayangannya di cermin dengan hati berdebar. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu dan sekaligus ditakuti, hari di mana perceraiannya dengan Ari Wibowo Wicaksono, suaminya, akan resmi disahkan. Dia merapikan rambutnya, berusaha memberi diri semangat, tetapi hatinya bergejolak antara harapan dan ketakutan.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, dan Cinta merasa seolah waktu berjalan sangat lambat. Dia mengenakan gaun sederhana berwarna putih, bukan karena ingin menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan berduka, tetapi sebagai simbol bahwa dia siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Dengan riasan minimalis, dia mencoba untuk tidak terlihat terlalu mencolok, tetapi cukup menampilkan sosoknya yang berani dan percaya diri.

Akhirnya, Cinta melangkah keluar rumah dan menuju pengadilan agama. Sepanjang perjalanan, pikirannya kembali melayang ke semua kenangan indah bersama Bowo—senyumnya, candanya, dan semua rencana yang pernah mereka buat bersama. Namun, semua itu kini terasa jauh dan hanya menyisakan rasa sakit. Dia mengingat betapa ia berjuang untuk bertahan dalam pernikahan ini, berusaha mengerti Bowo, dan bagaimana semuanya berakhir dalam kegelapan.

Sesampainya di pengadilan agama, suasana dingin langsung menyambutnya. Dia berusaha mencari pengacara Rina, yang sudah menunggunya di dalam. Rina memberikan dukungan, tetapi Cinta dapat merasakan ketegangan yang mengisi ruangan. Dia bisa melihat Bowo di ujung ruangan, berbincang dengan pengacaranya, tampak tenang dan acuh tak acuh.

“Cinta, kita akan segera masuk ke ruang sidang. Ingat, tetap tenang dan fokus pada dirimu sendiri,” ucap Rina sambil menepuk punggung Cinta. Cinta mengangguk, meski dadanya terasa bergetar.

Ketika nama mereka dipanggil, Cinta melangkah ke ruang sidang dengan kaki yang terasa berat. Semua mata tertuju padanya, dan dia berusaha menatap lurus ke depan, berusaha mengabaikan tatapan yang penuh rasa ingin tahu. Saat memasuki ruang sidang, Cinta merasakan udara di dalam ruangan itu begitu berat, seolah seluruh dunia menekan bahunya.

Hakim memeriksa berkas-berkas yang ada di meja, dan setelah beberapa saat, ia mulai berbicara. “Kita berkumpul di sini untuk menyelesaikan proses perceraian antara Cinta Putri Amelia dan Ari Wibowo Wicaksono. Apakah kedua belah pihak sudah siap untuk melanjutkan?” tanyanya dengan nada tegas.

“Siap, Yang Mulia,” jawab Cinta, suaranya bergetar tetapi jelas.

Bowo, di sisi yang berlawanan, hanya mengangguk singkat. Cinta mencuri pandang ke arahnya, berharap melihat sedikit penyesalan di wajahnya, tetapi yang dia temukan hanyalah ketenangan yang dingin. Cinta merasa hatinya remuk melihat Bowo yang dulu sangat dicintainya kini berdiri jauh darinya, seolah tak ada ikatan di antara mereka.

Lihat selengkapnya