Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #19

Bab 19 - Dukungan Keluarga

Cinta Putri Amelia duduk di teras rumah orangtuanya, menikmati segelas teh hangat sambil memandang ke arah taman kecil yang ditanami berbagai bunga warna-warni. Udara segar pagi itu terasa menyejukkan hatinya yang terluka, meskipun rasa sakit dan kesedihan masih terpendam dalam dirinya. Hari demi hari berlalu, dan meskipun ia berusaha untuk bangkit dari keterpurukan, ada kalanya beban emosional itu terasa semakin berat. Namun, dukungan keluarganya, terutama ibunya, mulai memberi secercah harapan dalam kegelapan yang membayangi hidupnya.

Sejak perceraian, ibunya, Ibu Siti, selalu ada untuk mendengarkan setiap keluh kesah Cinta. Setiap malam, setelah pulang kerja, Ibu Siti akan mengajak Cinta duduk berdua di teras, bercerita tentang kehidupannya sehari-hari. Di momen-momen ini, Cinta menemukan tempat untuk melepaskan segala kepedihan dan kepenatan yang selama ini membebani pikirannya.

“Cinta, kamu tahu bahwa hidup ini memang kadang tidak adil,” Ibu Siti berkata lembut suatu malam. “Tetapi, kamu harus percaya bahwa ada cahaya di ujung terowongan. Keluarga ini akan selalu mendukungmu, tidak peduli apa pun yang terjadi.”

Cinta menatap wajah ibunya, melihat kehangatan dan cinta yang terpancar dari matanya. Dalam hati, ia merasa beruntung memiliki ibu yang begitu pengertian dan penuh kasih sayang. Ketika Cinta menceritakan tentang kesedihannya, tentang kehilangan anak dan pernikahan yang hancur, Ibu Siti selalu mendengarkan tanpa menghakimi. Dia memberi nasihat dengan lembut, mengingatkan Cinta untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri.

“Tidak ada yang bisa mempersiapkan kita untuk menghadapi kehilangan seperti ini. Kamu sudah berjuang dengan sangat baik. Sekarang, izinkan dirimu untuk merasa dan meresapi semua emosi itu,” Ibu Siti melanjutkan. “Jangan takut untuk merasakannya. Itu adalah bagian dari proses penyembuhan.”

Malam itu, Cinta merasa seolah bebannya sedikit lebih ringan. Dia menyadari bahwa berbicara tentang perasaannya kepada orang yang dicintainya adalah langkah awal untuk menyembuhkan dirinya. Perlahan, dia mulai merasa ada harapan dalam dirinya, walaupun masih dalam tahap yang sangat kecil.

Hari-hari berikutnya, Cinta mencoba untuk lebih membuka diri kepada keluarganya. Dia mulai berbagi cerita dan pengalaman, bahkan hal-hal kecil yang mungkin tidak berarti bagi orang lain. Ibu Rini selalu memberikan dukungan, dan kadang-kadang bahkan mengajaknya memasak bersama di dapur. Kegiatan sederhana ini membawa kebahagiaan tersendiri bagi Cinta, meskipun bayang-bayang kesedihan masih mengintai.

Lihat selengkapnya