Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #22

Bab 22 - Mimpi yang Hancur

Malam itu, langit Yogyakarta terlihat kelam, bintang-bintang tersembunyi di balik awan gelap. Cinta Putri Amelia duduk di sudut kamarnya, menyandarkan punggungnya pada dinding, dan menatap ke arah jendela. Di luar, suara hujan turun perlahan, membuat suasana di dalam rumah semakin sendu. Hujan, yang biasanya memberikan ketenangan, kini hanya mengingatkannya pada segala kehilangan yang pernah dialaminya.

Cinta mengambil buku hariannya yang telah lama terabaikan. Halaman-halamannya kosong menunggu untuk diisi dengan kata-kata yang mencerminkan perjalanan emosionalnya. Hari ini, ia merasa terdorong untuk menuangkan semua yang ada dalam pikirannya. Dengan hati yang berat, ia mulai menulis, membiarkan tinta mengalir seiring dengan aliran pikirannya.

Hari ini, aku merasa seperti terjebak dalam kenangan. Kenangan indah bersamamu, Bowo. Kenangan yang kini terasa seperti mimpi yang hancur. Kami pernah berbagi banyak rencana, banyak harapan. Dari saat kami menikah, semuanya terasa begitu sempurna. Rasanya seperti kami bisa menaklukkan dunia bersama.

Air mata mulai menetes saat Cinta mengingat semua momen-momen bahagia yang pernah mereka lalui. Ia teringat hari-hari di mana mereka merencanakan masa depan. Momen saat Bowo memeluknya erat, mengucapkan janji untuk saling mencintai dalam suka dan duka. Cinta mengingat dengan jelas bagaimana mereka berbicara tentang rumah impian, anak-anak, dan perjalanan yang ingin mereka lakukan bersama.

Kami pernah berbicara tentang rumah kecil dengan taman yang penuh bunga. Kami berencana menghabiskan waktu bersama di sana, bermain dengan anak-anak kami, dan menonton mereka tumbuh. Kini, semua itu hanya impian yang hancur. Bagaimana mungkin kamu pergi, Bowo?

Setiap kata yang ditulisnya membawa kembali rasa sakit yang dalam. Cinta tidak mengerti mengapa Bowo memilih untuk meninggalkannya tanpa penjelasan. Setiap kali ia mengingat pesan WhatsApp yang singkat itu, hatinya kembali terluka. Dia merasa seperti terjebak dalam labirin kesedihan yang tak berujung.

Aku tidak bisa berhenti bertanya-tanya tentang apa yang salah. Apa yang terjadi pada kita? Kita memiliki segalanya, cinta kita kuat, dan kemudian tiba-tiba semuanya runtuh. Apakah semua itu tidak berarti bagimu? Apakah aku hanya sebuah fase dalam hidupmu?

Cinta melanjutkan menulis, mencoba menyalurkan semua kekecewaan dan kesedihan yang telah lama terpendam. Setiap kata yang ditulisnya seolah mengangkat beban yang semakin berat di hatinya. Dia menulis tentang keguguran yang membuatnya merasa seperti kehilangan bagian dari dirinya, kehilangan yang tidak hanya fisik tetapi juga emosional.

Lihat selengkapnya