Musim hujan di Yogyakarta membawa suasana yang sejuk dan tenang. Cinta Putri Amelia menghirup dalam-dalam aroma tanah yang basah setelah hujan, merasakan ketenangan yang belum lama ini sulit didapatkannya. Setelah berbulan-bulan terpuruk dalam kesedihan, ia akhirnya merasakan sinar harapan yang perlahan-lahan menyinari hidupnya. Meskipun perjalanan menuju pemulihan itu panjang, Cinta merasa bahwa ia sudah berada di jalur yang benar.
Terapi yang diikutinya memberikan banyak ruang bagi Cinta untuk mengekspresikan perasaannya. Setiap sesi dengan terapisnya, dokter Maya, menjadi tempat aman untuk berbagi dan mendalami luka-luka emosional yang masih mengganggu. Hari itu, Cinta duduk di ruang terapi, menatap jendela besar yang membingkai pemandangan hijau di luar. Hujan masih mengguyur lembut, menciptakan melodi menenangkan.
“Cinta, bagaimana perasaanmu minggu ini?” tanya doker Maya dengan lembut, sambil mencatat di buku catatannya.
Cinta menghela napas, merasakan beban di dadanya mulai menghilang. “Aku merasa... sedikit lebih baik,” ujarnya perlahan. “Meskipun aku masih sering teringat Bowo dan semua yang terjadi, aku mulai bisa menerima bahwa dia bukan lagi bagian dari hidupku.”
Dokter Maya mengangguk, memberi sinyal bahwa ia memahami. “Itu adalah langkah besar, Cinta. Proses penerimaan tidaklah mudah, tetapi kamu sudah berada di jalur yang tepat. Apa ada momen tertentu yang membuatmu merasa lebih baik?”
Cinta berpikir sejenak, mengingat saat-saat terakhir yang menyentuh hatinya. “Ya, beberapa hari yang lalu, aku melakukan perjalanan ke pantai bersama keluargaku. Melihat laut dan merasakan angin di wajahku membuatku merasa hidup kembali. Meskipun aku masih merindukan Bowo, aku menyadari bahwa aku juga perlu merawat diriku sendiri.”
Senyum di wajah dokter Maya menunjukkan bahwa ia bangga dengan kemajuan Cinta. “Itu luar biasa, Cinta. Menghabiskan waktu dengan keluarga dan melakukan hal-hal yang kamu sukai adalah langkah penting dalam proses penyembuhan. Apakah ada hal lain yang ingin kamu coba lakukan dalam waktu dekat?”
Cinta mengangguk. “Aku ingin mulai mendekorasi kamar tidurku. Aku ingin mengubahnya menjadi ruang yang lebih mencerminkan diriku, bukan hanya ruang yang diisi kenangan bersama Bowo.”
Dokter Maya tersenyum lagi. “Itu ide yang bagus. Mengubah ruang fisik di sekitarmu bisa menjadi cara yang efektif untuk memulai perubahan emosional. Apa yang kamu bayangkan untuk kamar tidurmu?”
Cinta mulai berbicara dengan semangat tentang ide-ide dekorasi. Ia membayangkan dinding dengan warna cerah, foto-foto indah dari perjalanan yang pernah ia lakukan, dan mungkin sebuah tempat duduk nyaman untuk membaca. Saat ia berbicara, terlihat jelas bagaimana semangatnya kembali hidup.
“Bagus sekali, Cinta. Ketika kita menciptakan ruang yang nyaman, itu bisa membantu kita merasa lebih baik. Cobalah untuk menyisipkan elemen-elemen yang membawa kebahagiaan dalam hidupmu,” dokter Maya menambahkan.