Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #25

Bab 25 - Bowo Kembali Muncul

Hari itu, Cinta Putri Amelia duduk di teras rumah orangtuanya, menikmati udara sore yang sejuk. Ia merasa tenang, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan yang pernah membelenggunya. Sejak menjalani terapi dan berusaha untuk mengobati lukanya, ia merasakan kekuatan baru. Dia berusaha untuk melupakan Bowo, untuk tidak lagi merasakan sakit yang muncul setiap kali namanya disebut. Namun, hidup memiliki cara yang tak terduga untuk menghadirkan kembali masa lalu.

Saat Cinta sedang menyusun rencana untuk pergi jogging sore, ponselnya berbunyi. Suara notifikasi WhatsApp menggema dikeheningan sore itu. Dengan santai, ia meraih ponselnya dan terkejut melihat nama yang terpampang di layar: Ari Wibowo Wicaksono. Jantungnya berdebar kencang. Sudah berbulan-bulan sejak terakhir kali ia mendengar kabar tentang mantan suaminya itu.

Dengan hati-hati, Cinta membuka pesan tersebut. Pesan singkat yang dikirimkan Bowo berbunyi:

“Cinta, apakah kita bisa bertemu? Aku ingin bicara.”

Satu kalimat yang mengguncang seluruh dunia yang telah ia bangun kembali. Rasa bimbang menyelimutinya. Apa yang ingin dibicarakan Bowo setelah semua waktu ini? Apakah ia ingin meminta maaf, ataukah sekadar mengingatkan tentang kenangan yang pernah mereka bagi? Setiap kemungkinan menghantui pikirannya, membuatnya sulit bernapas.

Cinta menatap pesan itu, mengingat semua sakit yang ditimbulkan Bowo. Ia juga teringat semua usaha yang telah dilakukannya untuk bangkit. Bagaimana jika Bowo datang dan mengguncang ketenangan yang telah ia temukan? Namun, di sisi lain, ada rasa ingin tahu yang membakar. Kenapa sekarang, setelah semua waktu yang berlalu?

Setelah berjam-jam merenung, akhirnya ia memutuskan untuk menjawab. Dengan jari yang bergetar, ia mengetik balasan:

“Baik, kita bisa bertemu. Di mana dan kapan?”

Setelah mengirimkan pesan, Cinta merasa ada beban yang terangkat, tetapi juga rasa cemas yang tak kunjung reda. Sejam kemudian, Bowo membalasnya dengan cepat.

“Bagaimana dengan hari Minggu sore di kafe dekat taman?”

Cinta setuju, meskipun hatinya terasa berat. Hari itu pun tiba dengan cepat. Cinta berdiri di depan cermin, berusaha tampil sebaik mungkin. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda yang membuatnya merasa nyaman. Rambutnya yang panjang tergerai lepas, dan ia menambahkan sedikit riasan untuk menyegarkan wajahnya.

Lihat selengkapnya