Setelah menjalani perjalanan panjang dalam menemukan kembali cinta pada dirinya sendiri, Cinta Putri Amelia merasa siap untuk membuka bab baru dalam hidupnya. Ia sudah belajar banyak tentang diri sendiri, tentang arti kebahagiaan, dan tentang pentingnya memiliki hubungan yang sehat. Meski hatinya masih terasa rapuh, Cinta yakin bahwa saatnya untuk memperkenalkan orang baru ke dalam kehidupannya.
Malam itu, Cinta menghadiri sebuah acara komunitas menulis di Yogyakarta. Ini adalah kesempatan baginya untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama, serta untuk memamerkan karya-karya tulisannya bahkan ide-ide gilanya. Cinta merasa gugup tetapi bersemangat. Ia mengenakan gaun sederhana namun elegan, yang membuatnya merasa percaya diri. Setelah mempersiapkan semua perlengkapan, ia melangkah keluar, siap menghadapi dunia.
Setiba di lokasi acara, suasana hangat dan ceria menyambutnya. Lampu-lampu berkelap-kelip menghiasi ruangan, dan aroma kopi serta makanan ringan mengisi udara. Cinta mulai berkeliling, menikmati karya seni lainnya dan berbincang dengan orang-orang yang hadir. Dengan semangat yang baru, ia merasakan antusiasme yang berbeda dari sebelumnya.
Di tengah acara, Cinta bertemu dengan seorang lelaki bernama Andi. Dia adalah seorang penulis muda dan seorang seniman muda yang memiliki gaya dan pandangan hidup yang menarik. Mereka mulai berbincang tentang seni dan satra, dan Cinta merasa terhubung dengan cara berpikir Andi yang terbuka dan kreatif. Andi menjelaskan bahwa seni adalah cara untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman, dan bagaimana ia percaya bahwa setiap orang memiliki cerita yang layak untuk diceritakan.
“Setiap karya seni adalah cermin dari diri kita, kan?” kata Andi, menatap Cinta dengan tatapan penuh pengertian. “Saya percaya, dengan berbagi karya kita, kita bisa saling memahami dan terhubung satu sama lain.”
Cinta mengangguk setuju, merasakan semangat yang sama. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, dan sebelum mereka sadar, waktu berlalu dengan cepat. Cinta merasa nyaman berada di dekat Andi, dan rasa sakit serta kesedihan yang pernah mengikatnya seolah mulai menghilang. Andi memiliki cara untuk membuatnya merasa diperhatikan dan dihargai.
Setelah beberapa saat, mereka memutuskan untuk menikmati secangkir kopi di kafe terdekat. Saat duduk berhadapan, Cinta mulai berbagi kisah hidupnya, termasuk pengalaman pahit yang telah ia lalui. Dia menceritakan tentang Bowo dan bagaimana perpisahan itu mempengaruhi hidupnya. Dengan tulus, Cinta membagikan bagaimana ia berjuang untuk mencintai diri sendiri dan menemukan kembali kebahagiaan.
“Kadang, pengalaman pahit bisa menjadi pelajaran berharga, bukan?” ujar Andi dengan nada bijak. “Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa belajar darinya dan tumbuh menjadi lebih baik.”