Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #33

Bab 33 - Membangun Kembali Kepercayaan

Cinta Putri Amelia berdiri di depan cermin, menatap refleksinya dengan penuh harapan dan keraguan. Sejak pertemuannya dengan Andi, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. Namun, meskipun hati dan pikirannya mulai terbuka, bayang-bayang masa lalu masih menghantuinya. Pengalaman pahit dari pernikahan yang hancur dan kehilangan anaknya menjadi sebuah trauma yang sulit untuk diabaikan. Kini, ia harus belajar membangun kembali kepercayaan, tidak hanya kepada Andi, tetapi juga kepada dirinya sendiri.

Hari itu, Cinta berencana untuk bertemu dengan Andi di kafe favorit mereka. Mereka telah sepakat untuk menghadiri pameran seni lokal, sebuah acara yang ditunggu-tunggu banyak orang di Yogyakarta. Meskipun antusias, Cinta merasa cemas. Rasa trauma yang menggerogoti hatinya mengingatkannya pada ketidakpastian yang pernah ia alami. Apakah ia benar-benar siap untuk membuka hati lagi?

Setelah bersiap-siap, Cinta melangkah keluar rumah, berusaha menenangkan pikirannya. Ia mengingat semua pelajaran yang telah ia dapatkan dari sesi terapi dan pertemuan dengan Andi. Ketika ia tiba di kafe, Andi sudah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. “Cinta! Kamu datang tepat waktu,” ucapnya, dengan semangat yang menular.

“Ya, maaf kalau aku agak lambat. Ada sedikit kemacetan,” jawab Cinta, berusaha menyembunyikan ketegangan di dalam hatinya.

Mereka duduk di meja yang menghadap ke jalan, dan saat itu, Cinta mulai merasakan suasana nyaman di sekitarnya. Meskipun ia merasakan ketegangan dari dalam, ia tahu bahwa Andi adalah orang yang tepat untuk membantunya melewati rasa ragu ini.

“Bagaimana harimu?” tanya Andi sambil menuangkan kopi ke dalam cangkirnya.

“Baik. Aku baru saja menyelesaikan beberapa tulisan baru. Aku berharap bisa memamerkannya segera,” Cinta menjawab, mencoba mengalihkan fokusnya pada hal positif.

“Karyamu pasti luar biasa. Aku tidak sabar untuk membacanya!” kata Andi, menatapnya dengan penuh ketulusan. Cinta bisa merasakan dukungan Andi, dan ia berterima kasih atas kehadirannya.

Seiring waktu berlalu, mereka berbicara tentang berbagai hal—seni, sastra, kehidupan, dan impian masing-masing. Andi sangat mendengarkan, membuat Cinta merasa dihargai. Namun, di sudut hatinya, ketakutan masih mengintai. Apa yang terjadi jika Andi tahu tentang semua luka yang masih ia bawa?

Ketika pembicaraan mulai mereda, Andi menatap Cinta dengan serius. “Cinta, aku ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untukmu. Jika ada sesuatu yang mengganggumu atau jika kamu merasa tidak nyaman, jangan ragu untuk berbicara. Kita bisa menghadapi semuanya bersama-sama.”

Cinta menatap Andi, merasakan ketulusan dari dalam hatinya. Namun, mengungkapkan rasa sakitnya terasa seperti membuka kembali luka yang belum sembuh. “Aku… aku merasa takut, Andi. Meskipun aku senang bisa bersamamu, aku masih berjuang dengan semua yang terjadi di masa lalu.”

Andi mengangguk dengan pengertian. “Itu wajar, Cinta. Setiap orang memiliki cara mereka sendiri dalam menyembuhkan diri. Yang terpenting adalah kita tidak harus menyimpan semuanya sendirian. Aku ingin kau tahu bahwa aku siap mendengarkan kapan pun kamu mau.”

Lihat selengkapnya