Seiring berjalannya waktu, Cinta merasakan perubahan yang mendalam dalam hidupnya. Hubungan dengan Andi telah memberikan warna baru, tetapi ia juga mulai menyadari bahwa ia tidak bisa sepenuhnya mengandalkan orang lain untuk menemukan kebahagiaannya. Dalam momen refleksi, Cinta menyadari bahwa ia perlu membuat keputusan penting—apakah ia akan melanjutkan hubungan dengan Andi atau fokus pada dirinya sendiri terlebih dahulu.
Suatu sore, saat ia duduk di teras rumah orangtuanya, memandang sunset yang memukau, pikirannya melayang jauh. Cinta merasakan ketenangan di dalam dirinya, tetapi juga ada kegelisahan yang terus mengganggu. Apakah ia sudah siap untuk terjun ke dalam hubungan yang lebih dalam setelah semua luka yang ia alami?
Andi adalah sosok yang baik, penuh perhatian, dan membuatnya merasa nyaman. Namun, meskipun semua kebaikannya, ada rasa takut yang menghantuinya. Apa jadinya jika ia kembali terluka? Apakah ia sudah benar-benar menyembuhkan luka-lukanya atau hanya menutupi dengan kebahagiaan sementara? Pertanyaan-pertanyaan ini terus membayanginya, seolah menjadi bayangan yang tidak pernah pergi.
Hari demi hari, Cinta merenung. Ia mulai kembali ke kebiasaannya menulis di buku harian, mencurahkan segala perasaannya. Dalam setiap tulisan, ia berusaha mengeksplorasi emosinya—keinginan untuk mencintai dan dicintai, ketakutan akan kehilangan, dan kebutuhan untuk menemukan jati diri.
“Saat ini, aku merasa terjebak antara ingin menjalani hubungan yang berarti dan kebutuhan untuk menyembuhkan diriku sendiri,” tulis Cinta di halaman buku harian. “Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Aku ingin memastikan bahwa aku bahagia tanpa bergantung pada orang lain.”
Pikiran ini membawanya kembali ke kenangan masa lalu, ketika ia merasa bahagia dan lengkap sebelum pernikahannya dengan Bowo. Ia mengingat betapa ia mencintai dirinya sendiri dan percaya bahwa ia bisa mencapai apa pun yang diinginkannya. Namun, perjalanan hidupnya membawa banyak perubahan dan luka, dan kini, Cinta harus menemukan kembali siapa dirinya sebelum benar-benar melangkah ke dalam hubungan baru.
Dengan tekad yang bulat, Cinta memutuskan untuk meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Ia tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan tentang hubungannya dengan Andi. Cinta ingin mengeksplorasi apa yang sebenarnya ia inginkan dalam hidupnya, tanpa tekanan dari luar atau ekspektasi dari orang lain.
Malam itu, Cinta menghubungi Andi. “Andi, aku ingin berbicara,” ujarnya saat mereka bertemu di kafe tempat biasa mereka. Andi menatapnya dengan penuh perhatian, seolah merasakan ada sesuatu yang penting.
“Ada apa, Cinta?” tanyanya, suaranya lembut dan penuh pengertian.