Namaku CINTA

Mutiara indah kamuning
Chapter #36

Bab 36 - Proses Penyembuhan Diri

Cinta memutuskan untuk lebih fokus pada diri sendiri. Setelah melalui perjalanan panjang yang penuh dengan rasa sakit dan kehilangan, kini saatnya baginya untuk menemukan kembali jati diri yang telah lama terkubur. Ia mulai menyadari bahwa proses penyembuhan bukanlah tentang menghapus semua luka, tetapi tentang menerima dan belajar dari pengalaman tersebut.

Selama beberapa minggu terakhir, Cinta mendalami terapi yang telah ia jalani. Setiap sesi memberikan wawasan baru, membantunya menggali lapisan-lapisan emosional yang dalam. Ia belajar bahwa setiap luka yang dialaminya—kehilangan anak, perpisahan dengan Bowo, dan rasa sakit yang menyertainya—adalah bagian dari perjalanan hidupnya. Namun, ia bertekad bahwa pengalaman-pengalaman ini tidak akan mendefinisikan siapa dirinya yang sebenarnya.

Suatu pagi, setelah menyelesaikan sesi terapi, Cinta pulang dan merasakan dorongan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia membuka jendela kamarnya dan membiarkan sinar matahari masuk, menyapu ruangannya dengan hangat. Aroma pagi yang segar masuk ke dalam, membawa rasa harapan. Ia mengambil buku harian yang selalu menemani perjalanannya dan mulai menulis.

"Aku akan menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk memperbaiki diriku," tulisnya. "Setiap luka yang kuterima adalah pelajaran berharga. Hari ini, aku memilih untuk mencintai diriku sendiri."

Dengan semangat baru, Cinta memutuskan untuk menambahkan meditasi ke dalam rutinitas harian. Ia telah mendengar banyak tentang manfaat meditasi dalam menenangkan pikiran dan menemukan kedamaian batin. Setiap pagi, ia meluangkan waktu untuk duduk di tempat tenang, menutup matanya, dan fokus pada napasnya. Dengan setiap hirupan dan hembusan napas, ia merasakan ketenangan menyelimuti jiwanya.

Hari demi hari, Cinta merasakan perubahan dalam dirinya. Meditasi membantunya melepaskan beban emosional yang selama ini terakumulasi. Ia belajar untuk menerima pikiran dan perasaannya tanpa penilaian. Dalam keadaan hening, ia mulai menjelajahi sudut-sudut hatinya yang sebelumnya ditutupi oleh rasa sakit. Ia menatap wajah-wajah kenangan—wajah Bowo, senyuman anaknya yang tidak pernah sempat dilihatnya, dan momen-momen bahagia yang kini terasa jauh.

Namun, Cinta juga menyadari bahwa meskipun ia memiliki kenangan pahit, ia tidak perlu membiarkan mereka mengontrol hidupnya. Dengan setiap sesi meditasi, ia mulai merangkul masa lalunya, bukan untuk menyakiti dirinya, tetapi untuk memahami betapa kuatnya ia telah bertahan. "Aku adalah hasil dari segala yang telah kulalui," tulisnya. "Aku bisa belajar dan tumbuh dari setiap luka."

Lihat selengkapnya