Namaku Pingku

Gita Sri Margiani
Chapter #5

Pingku Tersesat

Entah sudah berapa jam aku berjalan mencari jalan pulang. Berjalan kesana dan kemari tanpa arah di tempat yang tidak aku kenali sama sekali. Kesalahan besar aku mengejar Emong, sebuah penyesalan yang baru aku sadari sekarang. Kini aku berada di tengah-tengah orang, kendaraan, dan terutama kucing-kucing liar berperawakan garang yang tidak aku kenal. Mereka semua terlihat jelek dengan bekas luka yang pasti ada di tubuh mereka. Entah itu di wajah, di badan, di tengkuk, atau di bokongnya. Tatapan mereka selalu siap untuk memburu ikan-ikan atau potongan ayam kuning yang tidak sengaja jatuh ke jalanan. Bulu-bulu mereka juga tidak mengkilap dan kotor, tidak seperti buluku yang halus dan mengkilap.

"Permisi, boleh aku minta ikannya sedikit?" Tanyaku pada segerombolan kucing yang sedang makan di bawah meja. Empat ekor kucing sedang mengelilingi seekor ikan goreng yang berhasil dicuri. Walaupun ada ketegangan diantara mereka, aku rasa tidak salah kalau aku meminta sedikit ikan goreng itu.

"Kau mau?" Ucap seekor kucing berwarna oranye dengan bekas luka cakaran di wajahnya.

"Ya, aku belum makan sejak tadi," pintaku dengan wajah memelas.

Dia hanya diam sambil melihat ke arah ku. Teman-temannya mulai cekikikan ketika mendengar perutku berbunyi dengan kencang. Sedangkan si kucing oranye hanya memicingkan matanya dan mulai mendatangiku. Tubuhnya terlihat besar dan padat, tidak seperti tubuhku yang kenyal dan bergelambir. Aku baru pertama kali melihat kucing segagah dia.

"Kau tau, apa yang paling aku tidak sukai di dunia ini?" Ucapnya memecahkan keheningan. "Satu, aku tidak suka dengan kucing peliharaan. Dan yang kedua..." ia mulai berjalan mengitari ku. "Aku tidak suka kucing peliharaan yang hanya bisa minta makan. Cari sendiri!" Tutupnya sambil memperlihatkan cakar-cakar tajam ke arah mataku.

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain berlari sekencang-kencangnya menjauhi kucing oranye dan kelompoknya. Mereka bahkan tetap melihatku dengan tatapan tajam ketika aku berusaha menjauhi mereka. Ketika aku berhasil sampai seberang jalan, aku melihat mereka tertawa terbahak-bahak sampai akhirnya mereka kembali memperebutkan seekor ikan goreng yang dicuri dari pedagang yang berjualan di atasnya. Dasar kucing liar, kalau aku tidak terpaksa juga aku tidak mau meminta makanan menjijikan itu.

"Tin... tin... tin...." Bunyi klakson motor berbunyi dengan kencang.

"Apa lagi!" Teriakku dengan kesal.

Entah sudah berapa kali aku mendengar suara bising yang tidak aku sukai. Suara klakson motor dan mobil yang saling bersahut-sahutan, berlomba untuk menjadi yang pertama jalan di jalanan yang macet ini. Kalian harus tahu bahwa aku menyukai ketenangan! Suara klakson motormu sangat jelek dan berisik, sama seperti motor tuamu yang mungkin akan rusak sebentar lagi!

Lihat selengkapnya