9 Tahun Yang Lalu
Naya membuka pintu kamar kosnya dan mendapati seraut wajah dengan tidak tahu dirinya muncul di hadapannya. Sudah setahun ia berusaha melupakan wajah itu dan berharap bisa kembali hidup normal dan melanjutkan kuliahnya, tapi orang itu malah menampakkan batang hidungnya semena-mena, mengacak-acak tekadnya yang sudah di ujung kehancuran.
“Ngapain kamu ke sini? Nggak puas kamu udah mainin perasaanku?”
Naya menutup pintu supaya tidak ada celah orang itu bisa masuk, tapi sayangnya laki-laki itu lebih cepat dalam hal menahan pintu tertutup rapat, meski itu artinya mengorbankan lengannya terjepit cukup keras dan membuatnya mengaduh.
“Jangan gitu, Nay. Aku pikir kamu sayang sama aku dan nggak akan pernah ninggalin aku gitu aja…”
“Jangan gila. Aku cuma kasihan sama kamu yang hidupnya makin menyedihkan setelah ditinggal Padma menikah. Aku lakukan semuanya supaya kamu nggak terpuruk, tapi lihat sekarang. Di matamu hidupku seperti nggak ada harganya.”
“Itu karena kamu membandingkan dirimu dengan Padma. You’re not your sister. Dan aku nggak akan perlakukan kamu kayak Padma.”
Naya tidak tahu lagi, apa yang membuatnya begitu marah dengan Gio dan sesegera mungkin meninggalkan laki-laki itu dan kembali ke Yogyakarta. Yang dia tahu, mau seperti apa perasaannya pada Gio, yang selalu merasa terluka adalah dirinya sendiri.
“Aku benci ini… aku nggak suka…”
“Mananya yang kamu nggak suka? Kamu nggak suka aku menyentuh kamu? Atau kamu nggak suka aku ninggalin kamu demi rapat penting di perusahaanku?”
Naya tidak bisa menjawab. Kedua tangannya masih menjaga pintu supaya Gio tidak berhasil membukanya.
“Dengar, Nay… jangan merasa bersalah dengan yang kita lakukan. Kita sama-sama nggak terikat dan kamu pun sebaiknya nggak perlu ngerasa bersalah sama Padma. Aku dan Padma nggak ada hubungan apa-apa…”
“Tapi kamu duluan yang memintaku bantu kamu mendekatkan kamu dengan Padma lagi kok bisa kamu dengan seeenaknya bilang nggak ada hubungan apa-apa sama dia? Memang itu tujuanmu kan? Dari awal memang mau manfaatin aku dan selamanya bakal terus begitu. Sekarang kamu tahu perasaanku, kamu mau bikin Padma cemburu dengan hubungan kita, kan? Itu yang Alex bilang ke aku.”
“Si berengsek itu… masak sih kamu lebih percaya Alex ketimbang aku?”
“Dan si berengsek itu teman dekatmu…”
“Dan dia juga pernah naksir kamu dan ngincer kamu pas kamu masih sering main ke kosan Padma. Dia cuma kesal kamu jatuh ke pelukanku ketimbang jatuh cinta sama dia.”
“Bullshit…”