NAMASTE!

Handi Namire
Chapter #18

Chapter 17

“Jadi sebenernya lo itu nggak tahu apa-apa tapi ngeyel bilang mau bantuin gue ngurusin media sosial film gue?”

Erga kebingungan dengan Padma yang tiba-tiba mengakui sesuatu yang tidak dia mengerti di hadapannya, tepat di saat dia merasa semuanya berjalan baik-baik saja dan tidak ada yang harus ia khawatirkan.

“Gue belajar, Ga. Beneran. Kalau nggak percaya lo coba cek tiga video yang gue simpan di draft akun lo. Gue bikin sesuai apa yang gue pelajarin dari materi-materi film dan promosi yang lo kasih.” Padma menyodorkan ponselnya, memperlihatkan akun film Erga yang di dalamnya ada tiga video yang belun di-posting dan tersimpan rapi di draft.

“Kenapa nggak lo posting?”

“Gue nggak berani, gue takut nggak sesuai ekspektasi lo.”

Erga memeriksa sendiri konten film yang sudah dibuat oleh Padma. Sejujurnya, pekerjaan Padma tidak buruk juga untuk orang yang baru saja belajar sosial media marketing. Sebelum tiga konten video yang tersimpan di draft, Padma sempat mengerjakan dua konten feed hingga carousel untuk teaser dan awareness dari premis dan vibe film Erga yang akan dirilis dalam waktu dekat. Dua-duanya cukup menarik dan Erga lumayan menyukainya. Lalu perempuan ini muncul di depannya, di hari syuting Nandi yang terakhir hanya untuk mengabarkan kalau sebenarnya Padma tidak cukup berkualifikasi untuk mengelola media sosial film yang ia produseri sekaligus menyutradarai sendiri. Erga sungguh tidak mengerti, kenapa Padma perlu sekali menjelaskan hal semacam itu.

“Gue nggak ngerti. Jadi lo nggak pengen ngelola medsos film gue?”

Padma menggeleng, “Sebaliknya, gue mau banget, tapi gue nggak mau berpura-pura gue bisa melakukannya tanpa kesulitan.”

Why not? You can always fake it untill you make it,” tukas Erga.

“Gue nggak mau bohong, Ga. Termasuk, motif gue sukarela melakukan ini. Bukan demi uang atau apa-apa…”

“Gue tahu itu, lo naksir gue dan berharap lo deket sama gue. Apanya yang aneh?”

Padma melongo. Heran dengan betapa santainya Erga mengatakan sesuatu yang buatnya cukup memalukan.

“Lo… nggak keberatan?”

I don’t care. Perasaan lo itu urusan lo sendiri. Gue juga nggak narsis mau manfaatin perasaan lo supaya lo mau kerja paksa sama gue. Yang jelas, gue emang kepepet dan terlepas dari motif lo apa ke gue, lo masih bisa kerja dengan baik, gue pasti hargain lo dengan bayaran yang sepadan.”

“Lo nggak keganggu?”

“Memangnya kalo lo naksir orang, lo bakal kayak gimana? Teriak-teriak di atap gedung sambil livestream terus lo kirim ke gue gitu? Atau lo ngebet ngajak gue nikah?”

“Yaaaa… nggak akan seekstrim itu sih, tapi—”

“Kalau gitu nggak masalah. Lo masih bersedia kelola akun media sosial film gue nggak?”

“Udah gue bilang gue mau, tapi—”

“Ya udah fix. Kerjaan itu buat lo. Syuting bagian Nandi udah selesai, jadi gue nggak bisa seenaknya manggil lo ke lokasi syuting, tapi kalo gue ngajak lo ngopi atau makan malam, lo bersedia kan?”

Padma kembali melongo. Saking tersihir dengan senyum tengil Erga, ia serta merta lupa untuk menjawab tawaran itu. Tapi, apakah tawaran itu serius?

“Tapi lo kan nggak peduli sama gue…”

“Gue nggak peduli sama perasaan lo dan motif lo mau kerja sama gue, tapi terserah gue juga apa gue mau nyuekin lo dan bersikap pura-pura nggak tahu atau gue manfaatin kesempatan ini buat kenal lo lebih jauh. Jadi jawaban lo apa?”

Lihat selengkapnya