NANDANA

Shinbul
Chapter #1

IBU

Malam semakin larut, bahkan bulan saja enggan untuk menampakkan dirinya, seakan kami ini manusia tercela saja (sungutku dalam hati). Padahal kalau boleh dibandingkan dengan pangeran pangeran dari negeri seberang sana, wajah kami pun tak kalah mempesona buat para kaum hawa. Entah sudah berapa banyak para sepuh yang menginginkan kami menjadi pedamping anak mereka. Tapi sayang kami sama sekali tidak berminat!

Maaf ya, bukan kami sok sombong atau belagu, hanya kami punya kriteria tidak sembarang wanita yang bisa menjadi pilihan hati kami, (kalau pamanku selalu bilang, kalian bocah tak tau adat). "Hahaha", ya jangan salahkan kami jika selera kami melebihi tingginya pohon Pinus di Lereng Arjuno.

Sedaritadi berceloteh, hampir lupa aku memperkenalkan diri, namaku Dewari Pandu Nandana, dan orang berperawakan seram yang sedang mengasah pisau belatinya ada kakakku Dewani Pandu Nandana. Kami saudara kembar hanya berbeda 3 menit (yang menurut pamanku, kami lahir dari 1 bapak dan 1 ibu, tepat di bawah sinar gerhana bulan). Kata beliau, ketika kami lahir terjadi banyak malapetaka yang menimpa desa kami. Bahkan kejadian tersebut masih terjadi hingga sekarang, setiap tanggal 1 bulan 7 Kliwon selalu ada yang meminta tumbal bayi laki laki yang lahir dari keluarga penempah batu di desa kami.

Aku tidak kenal siapa kedua orang tuaku, sosok ibu itu terlalu asing, mukanya saja aku tidak mengingatnya! Padahal beliau yang melahirkan kami ke muka bumi ini, tapi wujudnya saja kami tidak tahu! Bahkan aku dan kakakku selalu iri jika melihat anak anak sepantaran kami sedang bersenda gurau dengan ibu mereka. Rasanya ingin menculik ibu mereka untuk kami saja! dan kami awetkan dalam ramuan rendaman air kapur sirih dan tembakau atau campuran daun teh khusus, nah setelah itu langsung diminumkan ke target yang ditujukan. dijamin bakalan awet selamanya dan akhirnya kami bisa memiliki seorang ibu yang kami awetkan sendiri (sambil ku berseringai jahat).

Rindu akan sosok ibu selalu membuat kami sibuk akan dunia kami sendiri, kakakku Dewani dan aku jadi suka bergelut dengan dunia ilmu hitam, dan saking kecanduannya kami mempunyai hobi koleksi masing masing. Mungkin dengan begitu kami dapat menggantikan hadirnya sosok ibu dalam jiwa kami.

Kadang kami penasaran seperti apa rupa kedua orang tua kami, menurut pamanku sosok ibuku orangnya sangat cantik, bahkan jadi rebutan para lelaki di kala itu. Orangnya juga keibuan, dan tegas. Sedangkan sosok ayahku, orangnya gagah, jantan dan tangguh. Idaman semua wanita di desaku. Kami berdua hanya bisa membayangkan saja tanpa banyak tanya lagi.

Lihat selengkapnya