Lelaki paruh baya itu memang sudah tidak muda lagi, tampak helai helai rambut putihnya bertumbuh halus di kepalanya, senada dengan deretan gigi hitamnya yang tampak termakan usia. Entah sudah berapa banyak pelajaran hidup yang beliau lalui selama ini. Lelaki itu bernama Ranu Pandya Aji, seorang lelaki bijak namun tegas dimata kami para keponakannya. Tidak bisa dibayangkan betapa pentingnya seorang Paman Ranu buat kami, tanpanya mungkin kami berdua tidak bisa bertahan hidup sampai saat ini. Bahkan ketika kami sudah dewasa pun, paman Ranu tetap menjadi yang terbaik buat kami berdua.
Seorang Ranu tidak pernah ingkar janji, apalagi kepada keponakannya sendiri. Janji menurutnya hal yang akan selalu ditepatinya walau dengan bayaran nyawa sekalipun. Sejak bayi kedua keponakan kembarnya sudah diasuhnya, jadi dia sudah hafal segala sifat dan kelakuan kedua keponakannya itu.
Dewani sang kakak, sifatnya lebih galak, gagah, lebih emosian daripada sang adik. Tapi dia juga tidak segan untuk langsung membela sang adik jika dihadang marabahaya. Dan sang adik Dewari, lebih nyeleneh daripada sang kakak, lebih pendiem dan lebih peka anaknya (kalau dikatakan punya kelebihan mata batin seperti itu). Mereka berdua memang saling melengkapi sebagai saudara sekandung. Dimana ada Dewari, disitu ada Dewani mendampinginya.
Sebagai keluarga penganut ilmu hitam, musuh kami sangat banyak (bahkan tak terhitung jumlahnya), ada yang menyerang secara terang terangan, ada juga yang menyerang memakai medium dan sebagainya. Walaupun begitu kami semua tidak takut menghadapi hal hal seperti itu, karena kami selalu memakai prinsip siapa yang kuat dia lah penguasanya. Dan kami sudah bisa membuktikan hal itu, semua rintangan sudah berhasil kami lewati.
Kejadian paling tak terlupakan adalah ketika si kembar diculik orang suruhan musuh keluarga kami dan hampir tewas karena seorang Ranu sedang mengalami masa penyembuhan akibat serangan ilmu hitam musuh kami yang lain dan lengah dalam menjaga si kembar. Waktu itu keluarga kami kecolongan dan panik ketika mengetahui si kembar tidak ada. Berkat bantuan dari semua keluarga besar dan penduduk desa Randuireng, akhirnya bisa diselamatkanlah si kembar Dewani dan Dewari, Sejak saat itu paman Ranu tak pernah sedetik pun lengah dalam mengawasi si kembar dimana pun berada.
Si kembar merupakan anak titipan dari kakak seperguruannya Lingga Damar Jati, sebelum dia menuju keabadiannya di Gunung Arjuno (si kembar pun belum mengetahui tentang hal ini, karena kakaknya berpesan untuk tidak memberitahukan kepada mereka). Biarlah mereka menyimpan misteri tentang kedua orang tuanya hingga suatu waktu yang telah dijanjikan akan terbuka rahasia yang selama ini dipendam oleh paman mereka.