Sore itu langit turun hujan deras sekali, sudah hampir tiga jam bumi dibasahi runtuhan air hujan, yang tampaknya enggan untuk berhenti. Tapi hal itu tidak menyurutkan derap kaki-kaki kuda yang membawa sepasang manusia sedang diliputi kecemasan akan penantian kelahiran anak pertama mereka, yang menurut dukun beranak di desa mereka, anak ini lahirnya akan susah, karena posisinya terbalik alias sunsang dan lagi kepalanya terbelit ari arinya sendiri. Mau tidak mau harus segera dibawa ke dukun beranak yang lebih pintar di desa tetangganya untuk bisa mengeluarkannya tepat waktu.
Tentu saja hal ini menambah kecemasan pak Wira akan keadaan istri dan anaknya. Tak mau menunggu lama, segera iya persiapkan kereta kudanya untuk segera menuju desa tetangganya dan harus tiba malam ini juga demi keselamatan istri dan anaknya. Untung saja mereka tiba tepat waktu, dan setelah dibacakan mantra mantra untuk mempelancar proses kelahiran sang buah hati, akhirnya lahirlah seorang bayi laki laki yang sehat dan tampan, dan dialah cikal bakal penerus keluarga Jati. Sungguh disayangkan sang istri yang sempet mengeluarkan banyak darah, nyawanya tak tertolong karena kehabisan darah. Hal ini membuat pak Wira sangat berduka, karena telah ditinggalkan istri tercintanya selama lamanya. Bahkan sepulang dari pemakaman istrinya, beliau hanya bisa duduk termenung di kamarnya tanpa mau makan ataupun minum.
Tangisan bayi laki lakinya membuatnya terhenyak, dan seketika itu dia sadar bahwa masih ada jiwa yang harus dia jaga sekarang. Dia pun bangkit berdiri untuk segera menenangkan anak semata wayangnya itu. Dibelainya dengan penuh kasih sayang sang buah hati, yang dia beri nama Lingga Damar Jati (seorang anak yang telah ditakdirkan untuk meneruskan semua peninggalan keluarga Jati).
Lingga panggilannya, dia tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas, semua ilmu dia raih dan pelajari dengan bersungguh sungguh. Namun sayang seiring berjalannya waktu pak Wira tak bisa menemani dia hingga sosok Lingga dewasa, beliau jatuh sakit akibat kerinduan dengan istrinya yang telah lama tiada, dan akhirnya beliau meninggal.
Kehilangan sosok tumpuan hidupnya, Lingga muda tumbuh liar tak tekendali, sesuai dengan nama keluarganya, Lingga terlahir dengan perawakan yang jantan dan gagah bak pohon Jati. Siapa wanita yang tidak takluk dalam pelukan seorang Lingga Damar Jati. Kemampuan, ketampanan, dan kecerdasannya sungguh membuat semua wanita di desa memujanya.