Beberapa hari belakangan ini aku dan Dewani disibukkan dengan munculnya bermacam macam pertarungan antar jimat di desa kami. Entah siapa gerangan yang memulainya, sampai ada pertarungan seperti itu, setiap hari ada saja orang yang cidera karena kalah dalam pertarungan antar jimat, dan harus dinetralisirkan aura hitamnya baru bisa sembuh. Bahkan sekarang semua orang di desa Randuireng saling berlomba lomba memiliki jimat kesaktian. Aku rasa semua dukun saat ini sedang mengalami masa berjayanya, karena semua orang minta dibuatkan jimat kesaktian.
Memang seh ilmu hitam dengan jimat suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, kami berdua pun memiliki jimat pemberian dari paman Ranu, beliau yang membuat sendiri jimat ini, berupa kalung dengan mata hitam kembar. Jimat yang kami miliki sangat luar biasa kesaktiannya, kami bisa tiba dalam waktu sepersekian detik di tempat yang kita inginkan, membuat orang orang tampak segan kepada kami berdua, membentengi kami dengan perlindungan kemana pun kami berada, kami pun bisa menghilang jika kami dalam bahaya, dengan hanya menyentuh mata hitam kembar di jimat kami.
Tak perlu waktu lama akhirnya pembuat onar mengenai pertarungan jimat akhirnya terungkap, dia adalah salah satu dukun ilmu hitam di desa kami, rupanya dia kesal dan tidak puas atas keputusan dari para sepuh mengenai ijin prakteknya yang dikurangin dari biasanya. Sebenarnya niatnya tidak jahat hanya saja caranya dengan memunculkan pertarungan antar jimat sudah mengganggu ketentraman desa Randuireng. Setelah dilakukan musyawarah, ijin prakteknya telah dikembalikan oleh para sepuh kepadanya. Dan kami pun dapat bernafas kembali seiring kasus cidera akibat jimat sudah mulai berkurang.
Hanya satu yang masih menjadi kegelisahan kami, adalah kami belum bisa menemukan sosok asing yang telah kami cari selama ini, namun belum ketemu juga. Bahkan para sepuh pun sudah mencoba membantu kami, tapi tidak juga ketemu, seakan sosok asing itu lenyap ditelan bumi.