Kebencian seorang Gendhis memuncak dikala dia mendapati dirinya telah hamil oleh seorang bajingan bernama Lingga. Ya, jahanam itu telah membuatnya mengandung anaknya, hal yang tidak dia inginkan tapi dia juga memiliki rasa sayang terhadap darah dagingnya sendiri. Setiap hari dia hanya mampu meratapi nasibnya yang terkurung di rumah besar lelaki bernama Lingga. Dengan penjagaan yang amat ketat dari orang orang suruhan Lingga, bahkan seekor lalat pun tidak bisa menerobos masuk.
Rasanya ingin dia mengugurkan kandungannya, tapi diurungkan niatnya, rasanya tidak tega menghadapi kenyataan yang telah menimpa dirinya. Gendhis memikirkan bagaimana nasib orang orang di band kelilingnya, apakah mereka telah selamat atau bernasib sama dengan dirinya, mengingat betapa bengisnya seorang Lingga. Melihatnya saja dia tidak peduli, apalagi memperhatikannya.
Entah mengapa seiring berjalannya waktu, Gendhis menjadi sangat pemarah, dia sering kedapatan sedang memarahi orang orang suruhan Lingga, dari hal kecil saja bisa membuatnya naik darah. Lingga sebenarnya mengetahui akan hal ini, hanya saja dia selalu diam tak berbicara. Karena dia tau kalau dirinya merasa bersalah akan keadaan Gendhis saat ini, dia sangat menyesal telah membuat Gendhis benci kepadanya. Lingga sangat mencintai seorang Gendhis, dia bahkan rela meninggalkan semua kebiasaan buruknya demi bayi yang dikandung oleh Gendhis Mahaeswari Andamari. Bahkan jika harus menukar dengan nyawanya sendiri, seorang Lingga rela berkorban.