Ada yang tampak beda dari kakakku rupanya, hari ini dia sangat antusias sekali, bahkan dia menyisir rambutnya dengan sempurna, tidak seperti biasanya. Aku sangat jarang melihat kakakku bertingkah seperti ini, kecuali ketika dia sedang mengincar wanita desa tetangga kami. Aku jadi penasaran, aku ikuti dia malam ini secara sembunyi sembunyi. Rupanya dia pergi ke pentas kesenian yang diadakan di Balai desa kami, dan dia duduk paling depan.
Tidak berapa lama kemudian, keluarlah sosok wanita yang sangat cantik, kecantikannya melebihi bidadari. Aku yang sedaritadi berdiri pun terbius pesona wanita itu, dan memutuskan untuk menonton pentas kesenian itu. Dari caranya berbicara, suaranya mampu meluluhkan hatiku, seakan aku sudah lama merindukan suara ini. Pentas kesenian itu berlangsung seminggu di desa kami, dan wajar saja jika banyak orang berebutan menontonnya.
Dan hebatnya lagi sekarang aku pun jadi seperti kehilangan akal sehat seperti Dewani, dan kami setiap malam selalu berada paling dulu tiba di Balai desa dan menempati kursi paling depan. Biasanya diantara kami tidak ada yang pernah seperti ini, ada yang salah kalau dilihat dengan akal sehat kami. Dan lagi kami tidak mampu melawan hal ini, di pikiran kami hanya ada seorang Magani Putri Candrakanti.