Kehilangan istri tercintanya membuat Lingga makin terhanyut dengan dunianya sendiri, tak jarang dia hanya duduk termenung di kamarnya, kadang dia bersenandung sendiri, bahkan terkadang dia hanya mematung terdiam di kuburan istrinya, Gendhis. Hampir setiap hari Lingga seperti itu, bahkan ketika malapetaka kutukan sedang terjadi pun, dia tampak tak peduli. Kedua anaknya pun tak lagi diurusnya, semua diserahkan kepada adik seperguruannya, Ranu. Sungguh malang, sekarang nasib seorang lelaki penakluk wanita yang terkenal di jamannya, akhirnya yang tersisa hanyalah seonggok badan yang menyerupai mayat hidup, tak ada lagi cahaya hidupnya.
Kedua anak kembarnya pun yang memberi nama dan mengurusnya adalah adik seperguruannya, Dewani dan Dewari keduanya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tangguh dan tampan. Ranu berharap mereka berdua dapat mempelajari semua ilmu hitam warisan leluhurnya dengan sempurna. Lingga dan Ranu adalah kakak dan adik seperguruan, mereka berdua bertemu tak sengaja ketika mereka sedang mempelajari ilmu hitam. Karena masing masing merasa cocok dan sama sama hidup tanpa punya orang tua. Lingga dan Ranu hidup tak terpisahkan, ikatan saudara diantara mereka sangat kuat, bahkan Ranu sendiri pun rela mengurusi kedua anak kembar dari kakak seperguruannya, tanpa merasa terbebani.
Wujud kupu kupu hitam itu terlihat sangat gelap dan pekat, dan belakangan ini terlihat sering datang ke rumah ini. Ada apakah gerangan yang akan terjadi dirumah ini? Malam harinya Ranu mendapat mimpi, dan kupu kupu hitam itu berbicara kepadanya, bahwa dia adalah utusan dari penguasa gunung Arjuno, dan wanita yang telah menjadi istrinya itu adalah putri tunggal dari penguasa gunung Arjuno, sudah saatnya kakak seperguruanmu, Lingga kami bawa ke dalam alam keabadian kami. Ini permintaan dari Gendhis Mahaeswari Andamari sendiri untuk membawa laki laki itu.
Begitu tersadar, Ranu kaget luar biasa ketika mendapati mimpi itu. Dan benar saja, tak berapa lama kakak seperguruannya Lingga memanggilnya, dan disitulah dia berpesan untuk yang terakhir kalinya, untuk menitipkan kedua anak kembarnya dan menyuruh Ranu untuk menjaga mereka dengan baik. Jangan memberitahu mereka tentang kami berdua, sampai waktunya tiba!
Dan kemudian lenyaplah sosok Jingga begitu saja, tanpa bekas. Dia lenyap bersamaan dengan perginya angin menuju pegunungan Arjuno. Dalam hati Ranu, sungguh malang nasib kedua anak kembar itu, kedua orang tuanya lenyap tiba tiba dan tak ada satu pun yang memperdulikan mereka.