Magani hari ini bangun pagi pagi sekali, karena dia sudah tidak sabar ingin menonton lanjutan pertarungan antara kedua saudara kembar itu. Sebenarnya dalam hati, dia berharap Dewari adalah pemenangnya, karena dia lebih cocok dengan Dewari, orangnya lebih lembut dan penyayang, sosok yang paling ideal dijadikan adik buatnya dibandingkan dengan Dewani.
Tampak dari kejauhan medan tempur kedua saudara kembar itu sudah siap untuk menjadi saksi bisu pertarungan berdarah antara Dewani dan Dewari. Hari ini keduanya tampak serasi dalam balutan baju hitam kebanggaan desa Randuireng. Memang keduanya sungguh terlihat tampan, wajar jika Magani mengagumi mereka berdua. Andai saja mereka bukan saudara tiri dari Magani, mungkin saja Magani sudah jatuh cinta kepada salah satu dari mereka.
Tapi malang nasib keduanya, harus rela bertarung nyawa hanya demi mendapatkan cinta seorang Magani yang notabene adalah saudara kandung mereka sendiri. Dendam tetap harus dibalaskan, sesuai janjinya kepada ibunya dahulu. Tak lama lagi ramalan yang telah diramalkan akan menjadi kenyataan, desa Randuireng akan mengalami malapetaka besarnya, dan pelindungnya sudah tidak mampu melindunginya lagi.
Dengan mata berapi api Dewari menyerang Dewani dengan pedang hitamnya, namun Dewani berhasil mengelak dan menahannya. Lalu Dewani membalas menyerang Dewari secepat kilat, dan membabi buta. Karena Dewari terlambat menyadari akan serangan Dewani yang cepat itu, dan seketika robeklah perut Dewari saat itu juga. Ketika Magani melihat hal ini, hatinya sangat gembira dan puas! Akhirnya ibu dendammu terbalaskan sudah, lihatlah ibu sebentar lagi salah satu dari mereka akan terbunuh! Dan akulah satu satunya penerus keluarga Jati.
Melihat Dewari terluka parah, wajah Dewani tampak sedikit berubah, dia langsung menghampiri adiknya itu dan memeluknya. Dewani teringat akan batu Jenggot Naga Merah pemberian paman Ranu, batu itu bisa menyembuhkan semua luka dalam waktu hitungan menit. Namun Dewari sang adik menolak memakai batu tersebut, dia berkata kepada kakaknya, biarlah aku yang mengalah dan Magani aku serahkan kepadamu, kak Dewani. Dan jagalah batu Jenggot Naga merah ini dengan baik. Tampak wajah Dewari tersenyum bahagia untuk bisa melihat wajah kakak tercintanya, Dewani untuk yang terakhir kalinya. Tangisan Dewani pun tak bisa dibendung lagi, dia sangat menyesal telah membunuh adik kesayangannya itu, hatinya terluka dan marah melihat jasad yang kaku itu adalah adiknya sendiri. Pengorbanan seorang adik kepada kakaknya sungguh besar, dan rela berkorban dengan nyawanya sendiri.