NANDANA

Shinbul
Chapter #23

DESA YANG TERKUTUK

Tak berapa lama setelah kematian Dewari, bumi seakan berguncang hebat, dan hujan turun dengan derasnya, petir petir pun saling menyambar pepohonan, gunung Arjuno pun seperti bangun dari tidurnya dan mulai memuntahkan isi perutnya, semua tampak kacau waktu itu, seakan penguasanya telah murka. Tidak berapa lama turunlah kabut hitam mulai tampak menutupi seluruh desa Randuireng. Yang tersisa sekarang hanya ada Dewani dan Magani di desa itu, karena seluruh penduduk desa sudah pergi meninggalkan desanya sejak sebulan lalu.

Dengan hati yang berat Dewani menggali tanah pemakaman untuk memakamkan adik tercintanya, Dewari. Tak ada yang dapat membuat adiknya kembali hidup, hanya penyesalan yang dia punya sekarang. Kalau saja pamannya masih hidup, sudah pasti dia akan ikut dibunuh oleh pamannya sendiri, karena telah bersalah membunuh adiknya. Dan Dewani telah gagal menjaga adiknya sendiri, seperti yang dulu telah diingatkan oleh paman Ranu dan para sepuh, diantara kalian harus memegang teguh ikatan persaudaraan sampai maut memisahkan kalian. Tapi pada akhirnya semua itu adalah takdir jika Dewari harus mati ditangan kakaknya Dewani.

Sejak kejadian berdarah itu, Dewani akhirnya pergi meninggalkan desa Randuireng, dia pergi berkelana untuk menebus dosanya kepada adik tercintanya. Dia tidak sanggup untuk bertemu dengan seluruh penduduk desa Randuireng lagi. Menurut orang orang yang pernah tidak sengaja melihat Dewani, konon kabarnya Dewani pernah terlihat memasuki kawasan Hutan Hitam, dan setelah itu tidak terlihat lagi seakan hilang tertelan oleh Hutan Hitam itu sendiri.

Lain halnya dengan Magani, setelah kejadian pertarungan kedua saudara kembar yang merupakan saudara tirinya sendiri, dia sendiri pun akhirnya pergi meninggalkan desa, wujudnya hilang lenyap begitu saja tanpa jejak. Membawa semua rasa kemenangan dan kepuasan yang telah dia impikan selama ini, menghancurkan semua keturunan dari Lingga Damar Jati.

Dan desa Randuireng menjadi desa yang tidak berpenghuni sekarang, karena seluruh penduduk desa tidak ada yang berani kembali lagi ke desa. Mereka semua takut karena desa itu sudah dikutuk dari dulu, dengan begitu banyaknya bau kematian yang telah tercium dari desa tersebut.

Sampai saat ini pun, menurut kabar burung yang beredar walau desa itu sudah lama kosong ditinggalkan penduduknya, bau kematian selalu tercium dari desa tersebut, dan selalu tertutup oleh kabut hitam.

Lihat selengkapnya