Narakha

Ajensha
Chapter #3

°■2□•

Ku isi waktu istirahat di kampus dengan membaca buku novel yang berjudul "VAPOR". Ku baca halaman demi halaman, membuatku hanyut dalam cerita yang diciptakan sang penulis. Seakan menjadi peran utama dalam cerita, aku terus mengikuti alur dan merasakan perasaan yang dirasakan sang penulis. Cerita ini cukup bagus untukku.

Inilah kegiatanku untuk mencoba menghilangkan sepi yang ku rasakan. Yah, aku mulai merasakan kesepian dan kesendirian sejak persahabatan itu berakhir. Masa laluku. Aku benar-benar merasa kehilangan, kehilangan cinta, sahabat, dan pertemanan. Walau begitu, aku membenci semua itu, semua yang pernah terjadi kepadaku.

Entah sampai kapan aku seperti ini. Sampai kapan aku harus hidup dengan luka pada masa lalu. Sampai kapan aku harus kehilangan hari-hariku menginjak dewasa, hari-hari yang seharusnya indah. Akankah hidupku selamanya hitam seperti hatiku yang hitam tanpa penerang. Hatiku yang telah hancur menjadi serpihan yang mulai terbakar, berubah menjadi abu.

Mengapa masa lalu membuatku lebih tak berdaya. Akankah masa lalu itu benar-benar menghancurkan hidupku. Kenapa rasanya sulit bagiku melupakan semua yang terjadi.  

 Tiba-tiba seseorang mengejutkanku dan membuyarkan lamunanku. Ternyata dia, cowok pemarah yang telah membentakku seenak hatinya.

 "Aku ingin minta maaf kepadamu, maaf jika waktu itu aku berkata kasar kepadamu, apa kau akan memaafkanku?" tanyanya dengan nada suara yang lembut, ia begitu sabar menunggu jawaban dariku. Walau pun begitu aku tak kunjung menjawab. Aku sama sekali tak menggubrisnya.

 "Ya sudah kalau kamu tidak ingin memaafkanku." Lanjutnya, terdengar rasa bersalah dari nada suara nya. Mendengar perkataannya, timbul perasaan tak enak di hati. Mana mungkin aku tidak memaafkannya, apalagi hanya hal sepele seperti itu. Tapi mengapa dia ada di sini, apa dia kuliah di sini juga, tapi selama ini aku tak pernah melihat keberadaannya, mungkin ia anak baru di kampus ini. Bagaimana ia bisa tahu aku kuliah di sini. Ah, mungkin dia kebetulan melihatku di sini. Ingin rasanya aku bertanya padanya, semua yang membuatku penasaran, namun aku enggan bertanya dan memilih untuk diam.

 "Aku memaafkanmu." Balasku, membuat senyum terukir di wajahnya. Senyum itu cukup manis dan mata indah yang entah mengapa mendadak membuat perasaanku nyaman.

 Aku bangkit berdiri dan melangkah menjauh darinya. Aku tak bisa terlalu lama menatap mata indahnya, aku harus pergi.

"Hei, tunggu. Jangan pergi dulu, siapa namamu?" teriaknya memanggilku. Tak ada sedikitpun keinginan untuk menggubrisnya. Saat ini aku hanya ingin pergi menjauh.

**************

Sairan melodi yang terdengar dari ear phone ku, begitu indah. Judul lagu yang ku dengar ialah "MENUNGGU KAMU". Lagu yang dinyanyikan oleh Anji. Lagu ini cukup indah, namun lagu ini kembali mengingatkanku pada masa remajaku. Masa di mana aku mencintai seseorang yang sama sekali tidak pernah peka terhadap perasaanku, sekalinya peka itu merubah drastis hidupku. Cinta yang selalu ku tunggu tak pernah kunjung padaku.

Mengingat masa itu, aku segera melepas ear phoneku. Aku memutuskan untuk diam tanpa ditemani alunan lagu. Sepertinya hari-hari yang akan datang nanti, aku akan lebih banyak terdiam dari pada beraktivitas seperti membaca dan mendengar lagu atau hal lainnya. Karena aku rasa aku akan semakin larut ke dalam masa laluku, jika aku mendengar lagu-lagu yang malah akan membuatku bersedih.

Apa yang harus ku lakukan sekarang, sekarang aku mulai bosan. Aku jenuh dengan kehidupanku yang tak berwarna. Andai hidupku bisa jauh lebih berwarna, tak hanya hitam yang terus berkuasa.

Ternyata hidup tanpa pertemanan jauh lebih menyiksaku. Tapi pertemanan dan cinta telah menghancurkanku. Sekarang aku benar-benar kesepian. Tak ada yang bisa ku lakukan selain membaca dan mendengarkan lagu. Hariku benar-benar suram.

Lihat selengkapnya