Hari ini, seperti biasa aku berangkat ke kampus bareng Rakha. Jadi aku dan Rakha ke kampus dengan mengendarai mobilnya. Aku dan Rakha berpamitan kepada bunda dan ayahku. Kami pun melaju dengan mobilnya membelah jalanan.
Aku mulai ingat dengan kata-kata Rangga dan Sasya. Sekarang aku benar-benar merasa takut. Mengapa mereka kembali dan dengan seenaknya ingin menyingkirkanku. Aku sudah cukup tersiksa oleh masa laluku dan sekarang mereka membuatku lebih tersiksa lagi. Aku jadi gelisah. Tapi aku tidak boleh takut. Aku harus berani menghadapi mereka.
"Kamu kenapa Nar, ko kayak gelisah begitu?" tanya Rakha sembari melirikku. Ternyata ia bisa membaca kecemasanku tapi aku akan berusaha menyembunyikan semuanya.
"Aku tidak kenapa-napa." Jawabku mencoba memperlihatkan senyuman semanis mungkin agar Rakha tidak mencurigaiku. Maaf Rakha, aku tidak ingin kamu tahu tentang semua ini.
"Kamu gak usah gelisah seperti itu, aku akan selalu ada buat kamu." Ucapnya sambil tangan sebelah kirinya menggenggam tangan kananku, mencoba memberi kekuatan untuk ku. Tapi getaran itu kembali. Getaran yang tidak bisa ku artikan. Sebenarnya apa ini??
"Mungkin kamu gak mau cerita sama aku, tapi kamu bisa cerita sama Kiara." Sambungnya, sementara aku hanya membalasnya dengan anggukan saja.
**************
"Nar, kita ke kantin yuk." Ajak Kia yang tiba-tiba muncul di kelasku, saat jam istirahat tiba. Sementara aku yang awalnya memasukan kepalaku di antara kedua lipatan tanganku, segera mendongakan kepala dan menatapnya.
"Maaf Kia, aku malas makan." Tolakku. Yah, aku tidak ingin bertemu dengan Rangga dan Sasya. Bukan karena takut. Tetapi mereka membuatku lebih terlarut dalam masa lalu. Ditambah lagi, ancaman itu membuatku gelisah dan pusing. Namun yang aku paling takut kan jika mereka berhasil menyingkirkanku, aku akan kehilangan Rakha dan aku tidak ingin menjauh darinya. Entahlah, kenapa aku takut kehilangan Rakha. Rasa itu muncul begitu saja.
"Yasudah, kamu temani aku saja ke kantin." Pinta Kia memohon. Tapi kasihan juga Kia. Aku tidak bisa membiarkannya sendirian.
"Baiklah." Pungkasku terpaksa. Aku mulai bangkit dari duduk.
"Yeey, gitu dong." Seru Kiara senang.
Aku dan Kia berjalan beriringan menuju kantin. Di sana, kulihat ramai mahasiswa yang sedang makan dan di meja dekat jendela tempat kesukaanku, sudah ada Rakha dan Bintang yang melambaikan tangannya ketika melihat aku dan Kia berjalan mendekat.
Tanpa memperhatikan jalan, aku pun terjatuh karena satu kaki yang sepertinya dengan sengaja menghalangiku. Bukannya menolongku, semua orang di kantin malah mentertawaiku. Kecuali Rakha yang terlihat emosi dan Bintang yang terkejut, sementara Kia yang hanya terdiam. Orang itu adalah Rangga, dia yang sengaja membuatku terjatuh. Kulihat Rangga dan Sasya tertawa dengan penuh kemenangan. Kulihat Rakha dan Bintang menghampiriku begitu pun Kia.
"Aku bantu Nar." Rakha yang kini sudah berdiri di hadapanku, mengulurkan satu tangannya ke arahku. Aku berhasil bangkit dengan uluran tangannya dan Kia yang mulai bergerak dan membantu Rakha yang membangkitkanku.
"Makasih." Balasku atas kebaikan mereka. Kia mengusap pundakku. Aku tahu ia berusaha menguatkanku untuk selalu bersabar. Aku harus menahan emosiku. Sementara itu, Rakha yang semula berada di dekatku, kini lebih memanas.
"Rakha sabar." Aku mencoba menguatkannya, agar tidak terpancing emosi oleh Rangga dan Sasya yang kini mulai bangkit dari mejanya dan mulai mendekati kami.
"Ayo, kita pergi saja dari sini." Desakku, sambil menarik tangan Rakha. Saat kami berempat mulai membalik untuk pergi, tiba-tiba mereka berbicara atau lebih tepatnya mengancam.
"Ingat Nara! aku akan membuatmu menderita." Ancam Rangga membuat emosi Rakha naik pitam dan dengan cepat Rakha melemparkan pukulannya ke arah Rangga.