Narakha

Ajensha
Chapter #16

°■15□•

Baru beberapa hari saja, setelah kedatangan mereka berdua. Sudah membuatku sangat gelisah dan takut. Entahlah, akhir-akhir ini aku mulai takut kehilangan akan sosok-sosok sahabatku di masa kini. Terlebih Rakha. Dia yang sangat ku sayangi.

Entahlah, rasa takutku lebih terasa beriringan dengan getaran ini yang kadang mulai membuatku tak berdaya. Namun di sisi lain telah menjadi sumber kekuatan untukku. Apa getar ini adalah perasaan sayang dan suka padanya??? mungkin perasaanku saja..

Sedari tadi ku tenggelamkan kepalaku di antara lipatan kedua tanganku di atas meja putih. Walau sudah jam istirahat, namun tak urung aku beranjak pergi. Aku malas ke mana pun sekarang. Aku ingin menghindar dari Rangga dan Sasya. Jadi aku memilih untuk di kelas saja.

Tiba-tiba terdengar berderap seperti langkah kaki beberapa orang yang melangkah masuk menuju kelasku. Apa itu mereka, Rangga dan Sasya?? ah tidak, sepertinya lebih dari dua orang, mungkin tiga orang. Aku pun segera mendongakkan kepala dan ternyata ketiga sahabatku.

"Nar. Yuk ke kantin." Ajak Rakha.

"Kalian saja ya. Aku malas. Nanti aku ketemu Rangga dan Sasya lagi." Balasku tak bersemangat.

"Tenang aja, kan ada aku. Memangnya kamu gak lapar gitu.'' Aku segera menggeleng pertanda aku memang tidak sedang lapar. Pagi ini aku baru saja sarapan.

"Kalian saja ya." Ucapku.

"Baiklah. Aku dan Bintang akan pergi ke kantin. Maaf, seharusnya kamu tidak perlu gelisah, takut ataupun murung seperti itu. Aku tidak suka kamu seperti ini, aku juga akan ikut bersedih dan tidak bersemangat." Sahut Rakha lesu. Apa kata-kata itu tulus dari hatinya?

"Baiklah, aku percaya padamu. Aku akan berusaha untuk tidak bersedih dan lebih bersemangat, juga berusaha berani menghadapinya." Kataku sambil tersenyum membuatnya lebih bersemangat dan berseri. Apa sebagian semangatku adalah semangatnya???

"Makasih Kha, untuk semua semangatnya. Karena kamu sudah menyemangati, aku tidak akan takut lagi dan sekarang aku akan pergi ke perpus. Sesudah dari kantin, kalian ke sana ya.." Sambungku. Ia menganggukkan kepalanya lalu tersenyum manis ke arahku. Aku berharap tidak ada Rangga dan Sasya di perpustakaan.

"Belum pacaran. Tapi ko udah pada romantisan." Goda Kia membuat aku tersipu malu dan Rakha hanya tersenyum menanggapinya. Apa arti senyuman Rakha?? aku pun segera menutup wajahku agar Rakha tidak melihat pipiku bersemu malu.

"Apalagi kalau udah pacaran, pasti cubit-cubitan." Lanjut Kia yang langsung mendapatkan cubitan kecil dariku, membuatnya meringis kesakitan.

"Udah, gak usah godain mereka." Pungkas Bintang menggantung ucapannya. Ucapan yang awalnya kupikir bertujuan untuk menghentikan godaan Kiara. Setelah kupikir-pikir lagi. Tidak mungkin juga Bintang mengakhirinya, secara dia dan Kia itu hobinya sama. Godain orang.

"Tapi boleh juga kalau mau pacaran sekarang." Sambung Bintang yang langsung mendapat ketukan dari kepalan tangan kanan seorang Rakha. Membuatnya kesakitan.

"Makanya. Gak usah godain orang, yuk kantin." Geram Rakha lalu melangkah santai.

"Iya-iya." Bintang memelas lalu mengekor langkah Rakha. Kulihat mereka berjalan beriringan keluar dari kelasku dan berjalan menuju ke arah kantin. 

"Kia, kamu tidak akan pergi ke kantin?" tanyaku. Aku baru sadar mereka pergi tanpa Kia dan Kia masih berada di sini.

"Tidak, aku sudah sarapan pagi." Jawab Kia.

"Yasudah. Ayo ikut aku ke perpus." Aku dan Kia pun segera berjalan bersama menuju perpustakaan kampus. Sepanjang jalan, aku dan Kia bercakap-cakap dan bercanda ria. Aku salah dahulu, ternyata memiliki sahabat itu sangat menyenangkan dan sahabat adalah hal yang berharga setelah keluargaku.

Jujur. Semenjak ada Rakha, kehidupanku mulai berubah dan nyaris sempurna. Walau belum seratus persen, karena satu persennya adalah memori masa laluku. Jadi hidupku ini belum sepenuhnya bahagia dan tidak semuanya menyedihkan. Tahu kenapa??? karena ada Rakha sang pemilik mata indah yang membuatku merasa nyaman dan dua orang sahabatku yang lain, Kia dan Bintang. Semoga persahabatan kami tak akan pernah berakhir.

Aku dan Kia segera memasuki perpustakaan kampus yang sudah cukup ramai oleh para mahasiswa. Aku segera memilih salah satu buku novel yang kelihatannya menarik. Sementara Kia lebih memilih sebuah buku majalah tentang fashion. Aku dan Kia segera memilih duduk disalah satu bangku. Kami terlarut dalam buku masing-masing. Hingga satu suara menghentikan aktivitasku dengan Kia.

"Ini, kerjain tugas aku." Pinta seseorang seenaknya sambil meletakan sebuah laptop di meja, hadapanku. Aku segera beralih menatap ke arah Rangga dan Sasya tajam. Begitu pun dengan Kia yang spontan mendongakkan kepalanya dari majalah yang ia baca.

"Apa lihat-lihat, kerjain tuh tugas Rangga." Perintah Sasya paksa. Namun aku malah terdiam dan berusaha fokus kepada buku novel yang kubaca. Sama sekali tidak menggubrisnya.

Lihat selengkapnya