Narakha

Ajensha
Chapter #17

°■16□•

Hari ini tak kalah sunyi dengan hari-hari sebelumnya. Rasanya hatiku sangat hampa tanpa kehadirannya. Tanpa mata indah itu yang selalu membuatku merasa nyaman. Tanpa senyuman manis darinya yang menghangatkan. Tak ada yang menyemangatiku seperti Rakha. Tak ada kebahagiaan walau di sini aku selalu ditemani dengan sahabatku yang lain, Kia dan Bintang. Kali ini tak ada rasa takut jika bertemu dengan Rangga dan Sasya. Aku tidak menggubris mereka berdua. Aku hanya takut satu hal, yaitu tak ingin kehilangan Rakha.

Apa Rakha benar-benar marah kepadaku?? apa dia benar-benar terhasut omongan orang?? apa ia mempercayai semuanya begitu saja. Apa aku akan kehilangan seseorang yang akhir-akhir ini dapat membuat hatiku bahagia, nyaman dan yang jelas getaran itu semakin kuat. Apa aku mencintainya?? mungkin hanya perasaanku saja.

Berkatnya aku dapat sedikit demi sedikit menghapus memori masa laluku, walau aku tak yakin bisa benar-benar menghilang. Tapi kini aku takut jika Rakha akan menyuruhku pergi dari kehidupannya atau sebaliknya ia yang pergi menjauh dariku. Aku tidak ingin berpisah dengannya karena ini. Aku tidak ingin persahabatanku dengannya berakhir.

"Nar." Kia mengibaskan tangannya tepat di depan wajahku. Aku pun tersadar.

"Eh iya, ada apa Kia??" tanya ku.

"Aku dan Bintang pulang duluan ya." Pamit Kia dan kubalas ia dengan anggukan pelan.

"Eh bentar dulu Kia." Bintang setengah berteriak di area parkir.

"Ada apa??" tanya Kia.

"Aku ingin bicara sebentar dengan Nara." Jawab Bintang sambil menghampiri kami berdua yang masih berdiri di luar dekat kantin. Kantin yang berada di luar gedung kampus. Ya. Pada intinya ada dua kantin di kampus ini yang tak kalah kerennya. Kampus luar atau dalam.

"Kamu mau ngomong apa Bintang?" tanyaku yang mulai penasaran.

"Hampir saja aku lupa. Tadi pagi aku dapat pesan dari tante Raini. Suruh kasih tahu kamu tentang Rakha." Terangnya menggantung begitu saja, membuatku benar-benar penasaran dan mulai khawatir dengannya.

"Ada apa dengannya. Dia baik-baik saja kan??" tanyaku yang mulai merasa bersalah dan bertanya-tanya.

"Sejak kemarin dia sakit." Jawab Bintang.

"Dia sakit apa?" tanyaku yang entah mengapa perasaanku mulai terluka mendengar penuturan katanya.

"Kata tante Raini. Dia mogok makan dan sepertinya terlalu banyak pikiran. Ia juga tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Tante Raini sangat khawatir dengan kondisinya dan menyuruhmu untuk datang ke rumahnya." Jawab Bintang. Kini perasaanku hancur. Semua itu gara-gara aku. Aku yang menyebabkan ia seperti itu. Aku merasa sangat bersalah saat ini.

Lihat selengkapnya