"Untuk apa kamu mendaftar kursus menulis seperti ini! Benar benar menjijikkan sekali! Rupanya kamu semakin tidak berguna menjadi seorang anak. Memang kamu hanya bisa menyusahkan saja."
Ayah mengucapkannya seperti ultimatum. Seakan-akan membuat benda tajam tepat di bagian jantungku itu semakin menusuk lebih dalam. Melihat raut wajahnya yang masam saat menatap lembaran pendaftaran kursusku, yang kini berubah menjadi serpihan-serpihan kecil berserakan di lantai.
Terasa memuakkan selalu memaksa membuang jauh semua impianku. Bulir bening yang kucoba tahan sudah mengalir deras, mengiringi setiap menit yang kulalui sejak hari pertama genap usia lima tahun.