Naraya And The Dream Who Save Her Life

Fauziyah Nur Aulia
Chapter #4

Tiga

Aku terduduk dalam kehampaan, terpojok dalam sudut yang menyakitkan. Haruskah kubuang semuanya, dan ku ganti dengan tangisan?. Keegoisan itu menghancurkan singgasana yang mereka sebut nyaman. Nyatanya, yang ku rasakan di bawah atap hanyalah kehancuran, tanpa pernah bisa beranjak.

Semua rasa ini, membuatku tak berdaya, dalam renungan atau saat kupejamkan mata pun hanya terbayang kehampaan yang menyiksa. Ah, mengapa hidupku begitu menyakitkan?.

Perlahan-lahan ku kumpulkan serpihan kertas yang berserakan di lantai dengan kedua tanganku. Tak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, aku hanya menangis, menumpahkan segala rasa ngilu yang sudah membiru di dalam ragaku. 

Aku tertunduk mencoba menahan bulir bening yang memaksa keluar. Mengapa mereka menghancurkan satu-satunya hal yang membuatku bertahan hidup? Lembaran kertas berisi rangkaian kata dari imajinasiku, kini sudah tak ada artinya. Hancur, luruh bersama perasaan yang semakin menyakitkan.

"Kamu masih perlu makan tidak? Jika tidak, tak usah keluar dari kamar yang membuatmu berpikir sempit."

"Ibu kira kamu melakukan hal yang berguna dan dapat membantu orang tuamu, tapi kamu hanya menulis tulisan yang tidak berarti seperti itu." 

Setelah pintu itu tertutup. Rasa ngilu ini seakan-akan menjalar ke seluruh nadi, menghantam ragaku kuat kuat. Malam ini aku kembali lagi, kembali seperti biasanya. Meringkuk di dekat kasur, lalu menangis tersedak-sedak.

Lihat selengkapnya