Ada yang berbeda hari ini. Apakah doaku selama ini sudah didengar? Apakah permintaanku selama ini sudah dikabulkan?.
Aku menatap wajah Ayah dari samping. Sebuah kerutan sudah bersemayam di wajahnya. Rasanya aku ingin memeluknya sekali saja. Aku sudah lupa bagaimana rasanya kehangatan itu setelah ulang tahun ke lima ku.
"Mengapa kamu menatapku seperti itu? Apa selama ini Ayah mengajarkanmu begitu?"
Ucapan ayah bagai bumerang untukku. Aku menunduk menatap sepasang sepatu berwarna hitam yang kukenakan untuk sekolah. Kurasa hari ini akan jadi hari terbaik sepanjang hidupku. Pergi ke sekolah bersama dengan Ayah sudah membuat kebahagiaan yang tak tertandingi.
Aku mengamati aktivitas pertama yang dilakukan orang orang saat aku memasuki gerbang sekolah. Seorang wanita bertubuh mungil keluar dari kelas dengan langkah bergegas, menghampiri beberapa temannya yang sedang menyantap sarapan di bawah pohon rindang, yang terdapat di halaman depan sekolah.
Aku menatap sebentar mobil ayah yang sudah berlalu begitu saja. Sudah hampir tiga tahun aku berada di sini, tapi kenapa rasanya seperti semakin terasingkan? Aku perlahan-lahan melangkahkan kakiku menuju ruang kelas.
Aku melirik jam besar yang tergantung di dinding kelas. Sedikit mengernyit saat memandang jarum pendek di sana sudah menunjuk ke angka tujuh.
Sudah siang, tapi mengapa kelas terlihat begitu sunyi? Gumamku dalam hati.
Bel masuk bergema, semua orang memasuki kelas bersama dengan pengawas ujian hari ini.
"Siapa pun yang melanggar aturan, Ibu akan panggil orang tua kalian!"
Aku tertunduk dan mencoba mengerjakan semua soal pada lembar berwarna buram di mejaku dengan teliti. Berusaha tidak menoleh ataupun melirik sedikitpun. Sampai akhirnya suara lirih Siska membuatku melirik sebentar
"Ambilkan itu"