Hawa dingin seperti menelusup masuk sampai ke tulang-tulang. Tangan kananku terasa sangat menyakitkan sekarang, apa ini karena Siska melukainya? Tapi kenapa rasanya lebih menyakitkan saat hembusan angin yang dingin menyentuh kulitku. Sebuah kehangatan yang menyelimuti punggungku seperti belum cukup membuatku tak merasa dingin. Aku mendengar suara samar-samar berusaha membangunkanku bersamaan dengan tepukan hangat di kepalaku.
Perlahan-lahan aku membuka mataku. Aku tersentak saat melihat sebuah bangku taman yang kupakai untuk meletakan kepalaku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali merasa sangat bingung. Kenapa aku ada di sini lagi? Aku menatap sebuah pisau yang berada di dekat kakiku. Pisau yang kugunakan untuk bunuh diri hari ini. Apa mimpi membahagiakan itu sudah berakhir sekarang?
"Naraya..." Seseorang memanggilku lembut. Aku menoleh menatap siapa yang memanggilku. "Apa kau akan tidur lagi?" tanyanya dengan tatapan heran melihatku.
Aku masih terdiam tanpa mengubah posisiku. Ah, ternyata mimpi yang membahagiakan tadi sudah berakhir sekarang. Aku menggigit bibir bawahku sendiri saat tanganku terasa sangat ngilu. Aku merintih kesakitan sambil berusaha menggerakkan tangan kananku.
"Ada apa? Apa tanganmu terluka?" tanyanya dengan suara khawatir dan raut wajah yang terlihat panik. Aku mengulas sebuah senyuman dan mengangguk mengiyakan pertanyaannya.
"Aku mendapatkan pembulian di sekolah tadi. Dan mereka menginjak tangan kananku. Aku tak tahu tanganku patah atau bagaimana. Tapi rasanya sangat menyakitkan." kataku, tanpa sadar air mata sudah membasahi wajahku. Kukira Yondra akan memelukku seperti di mimpiku ataupun seperti waktu itu saat dia menyelamatkanku dari Haru. Yondra hanya mengusap rambutku lembut.
"Kenapa kau tidak memelukku?" aku spontan menanyakan hal itu padanya. Aku sungguh ingin tahu kenapa Yondra tidak memelukku. Seketika aku menundukkan kepalaku saat aku sadar aku tak seharusnya bertanya seperti itu. Kurasa aku memang sudah jatuh cinta dengan Yondra. Tapi, apakah Yondra juga menyukaiku?
"Aku tidak sembarangan memeluk orang. Aku memiliki sebuah alasan untuk memeluk ataupun melakukan sesuatu. Seperti saat itu aku berusaha menenangkan dirimu." jawabnya namun terasa membuat jantungku merasakan ngilu. Aku menipiskan bibirku mendengarnya. Kurasa apa yang aku tahu tentang Yondra dalam mimpiku adalah Yondra yang sebenarnya.
Saat aku ingin membuka bibirku mengatakan apa yang sudah aku ketahui tentangnya dalam mimpiku. Yondra melirikku sebentar seperti sedang memastikan aku baik-baik saja setelah mendengar jawabannya. Aku menipiskan bibirku mengurungkan niatku mengatakan hal itu padanya. Kurasa jika aku mengatakannya sekarang aku akan memperburuk keadaan di antara kami. Dan aku tidak ingin kehilangan Yondra.
"Pulanglah, ini masih pergantian musim dingin ke musim semi. Kau akan mati kedinginan jika saja aku tidak melihatmu dan memberikan jaketku padamu." mendengarnya, aku menggerakkan tangan kiriku menyentuh sebuah kain yang menutupi punggungku, ah tidak, tapi menutupi tubuhku.