NARISA

Mukhlis Hidayatulloh
Chapter #1

Prolog

Feby naik di atas podium kecil di lapangan, posisi sangat siap untuk memainkan biolanya, aku dan Narisa langsung bersiap untuk mencari tempat sembunyi.

NGIIIIINGG…….!!!

Feby menggesek biolanya, Suaranya melengking sangat. Kuping kita yang jadi korban, serasa kemasukan tugu pancoran.

“Musik adalah simbol kebebasan, kan?” Dia malah menggerutu setelah berhenti main biola. “Kenapa kalian malah lari, sih!!!”

“...”

Bermula dari sebuah film yang kami tonton bersama, bercerita tentang seorang anak desa yang memenangkan olimpiade matematika internasional. Esoknya, Narisa dengan penuh semangat bercerita bahwa dia bermimpi menjadi juara.

“Aku pegang piala, dapetin medali, dan…”

“Dan apa Narisa?” kata Feby dengan senyuman.

“Kalian berdua yang bawain medali dan pialanya,” lanjut Narisa dengan manggut-manggut mantap.

Aku terkekeh, sambil menutup-nutupi mulut. Pandangan Narisa langsung menyipit.

“Ngehina, nih?” Mata Narisa melotot.

“Gimana nggak ketawa Narisa, dari nilai-nilai ulangan yang kau bawa kemari, berapa kali nilai nol yang kamu bawa?”

“…”

Aku melempar bola basket ke ring, bola nggak masuk.

“Daripada nggak bisa masukin bola ke ring, gimana kalau masukin ring ke bola aja?” Narisa memulai ngajak berantem.

“Yey, yang penting nggak dimasukin ke hatimu, nggak masalah kan, Narisa?” Feby senyum.

Lapangan basketnya sepi, entah kenapa. Tiap sore, maksimal hanya berisi kami bertiga.

“Kau ingin mencoba menembak ke ring, Narisa,” Aku memberikan bola basket.

“Untuk banyak alasan, aku tidak ingin menyentuhmu,” ekspresi risihnya, menjengkelkan.

Aku dan Feby diam, mencoba mencerna kata-katanya.

“Aku tidak ingin menyentuh apapun yang sudah kau sentuh, Dev,” katanya songong sambil mengibaskan rambutnya.

NGIIIIIIING!!!

Feby memulai gesekan biolanya.

“Pemain biola profesional mencurahkan hati dan pikiran mereka pada musik itu, kau harus lebih menjiwainya,” Narisa berkomentar.

“Wah, terima kasih, aku jadi bersemangat untuk bermain biola!” Feby menjawabnya, seakan tidak tahu kalau Narisa meledeknya. Atau dia benar-benar tidak tahu? “Aku akan lebih serius untuk menggesek pemukul ini.” Feby menyahut lagi.

NGIIIINGGG!!!!!!!!!

Lihat selengkapnya