NARISA

Mukhlis Hidayatulloh
Chapter #13

Dua Belas

1

Aku masih tenggelam dalam buku ketika mendengar Feby dan Narisa mengobrol. Topiknya? Sederhana saja, tentang minuman manis yang Narisa sukai.

“Sejak kapan kau mulai sering minum yang manis-manis seperti ini? Kau tidak takut kena diabetes?” suara Feby mengalir begitu saja, seperti moderator yang tak henti-hentinya melontarkan pertanyaan tak penting di tengah keheningan perpustakaan.

“Hmm… bagaimana, ya?” Narisa menaruh telunjuk di bibir. “Sepertinya semua baik-baik saja dan gula manis ini akan terserap dengan sempurna kalau aku gunakan otakku untuk berpikir. Beda lagi ceritanya kalau pemuda di sana, dia diam karena diabetes akut.”

Aku hanya mengangkat alis, tak berniat menanggapi ledekan Narisa. Bukannya kesal, aku malah diam-diam tersenyum, mencoba kembali tenggelam dalam buku yang kupegang.

Suara langkah terdengar, menggema lembut di lantai perpustakaan. Ketika pintu berderit terbuka, Levi, wakil ketua OSIS yang juga teman sekelasku, masuk bersama dua orang cewek di belakangnya. Mereka berjalan perlahan, seolah menghormati keheningan ruang ini, sebelum akhirnya mengambil tempat duduk tepat di depan Narisa, di sisi barat meja, aku langsung respons untuk duduk di samping Feby yang berada di sisi timur meja.

Senyum ramah mengembang di wajah Levi ketika Narisa dengan santai menuangkan teh dari termos kecil dan memberikannya pada mereka. “Terima kasih, Narisa,” ucap Levi setelah menerima gelas teh itu. "Perkenalkan, ini Felicia," katanya sambil menunjuk gadis di sebelah kiri, "dan yang di sebelah kananku ini, Kayla."

“Namaku, Narisa, …”

“Kami semua tahu,” sahut Levi cepat, “Feby, Narisa, dan Devian adalah tiga siswa yang paling dikenal di sekolah ini. Semua orang tahu siapa kalian.”

“Lalu, apa yang membuat kalian datang ke sini?” tanya Narisa, masih dengan senyumnya yang tenang namun penuh perhatian.

Levi, tanpa basa-basi, langsung menjawab, “Mereka ingin meminta bantuanmu untuk acara tujuh belas-an.”

Mata Kayla dan Felicia langsung melebar, tampak kaget karena Levi begitu langsung menyampaikan tujuan mereka. Felicia sedikit menunduk, seolah ingin Levi lebih hati-hati bicara.

"Tapi... mungkin lebih baik kalau kita bicara berempat saja, Narisa," ujar Kayla, sedikit tidak nyaman. "Tidak enak kalau hal ini dibahas dengan orang luar, kan?"

Feby, yang duduk di sebelahku, langsung mendengus pelan. Mungkin dia merasa tersinggung dengan kata-kata Kayla. Aku bisa melihat bagaimana dia berusaha menahan dirinya, tetapi ekspresinya tak bisa menyembunyikan rasa terganggunya. Aku? Aku tetap diam, lebih senang menonton drama kecil ini daripada ikut terlibat.

Narisa tersenyum ramah, namun matanya menatap tajam ke arah Kayla dan Felicia. "Yah, mau bagaimana lagi," katanya lembut, "Memang benar, Devian pernah berbuat salah pada sekolah ini, dan Feby tidak ada hubungannya dengan acara kalian. Jadi, kalau begitu, bisakah kalian pergi?"

Jawaban yang tidak terduga.

Aku berdiri, bersiap untuk pulang. "Baiklah, ayo kita pulang, Feb."

"Tunggu." Suara Narisa tiba-tiba lebih dingin, membuat langkahku terhenti. "Yang kusuruh pergi adalah mereka." Tatapannya berubah tajam, menusuk langsung ke arah Levi, Kayla, dan Felicia.

Ketiganya tampak kaget. Felicia menatap Kayla dengan bingung, sementara Levi mencoba tersenyum kaku.

"Aku tidak tertarik berbicara dengan orang yang menganggap Devian dan Feby sebagai orang luar," lanjut Narisa, kali ini dengan nada yang tak terbantahkan. “Jadi, silakan keluar dan mohon tutup pintunya dengan pelan-pelan.”

Hoy, hoy, ini di luar dugaan, Narisa bersikap seperti itu pada Felicia dan Kayla. Yang menarik dari sini, Feby! Iya, wajahnya seperti berkata: Yes! Yes! Yes! Malah menjulurkan lidah dan berkata: Wek! Wek! Wek! Meskipun pelan. Lucu pake bingit[A1] .

Levi, Kayla, dan Felicia saling melirik dengan tatapan canggung. Mereka saling menyikut, memberi kode seolah tahu apa yang harus dilakukan. Akhirnya, ketiganya minta maaf dengan penuh rasa sungkan. Aku kembali duduk.

“Jadi begini, Narisa,” kata Felicia pada Narisa. “Kamu mau kan menjadi MC di acara-acara tujuh belas-an?”

Kayla menyodorkan map yang tampak tebal ke arah Narisa. "Iya, Narisa akan jadi MC di semua acara, seperti lomba-lomba dan kegiatan lainnya."

Lihat selengkapnya