Narsis

Saepul Kamilah
Chapter #17

Dewa Perang

“Selanjutnyaaa ….”

Matahari telah meninggi, begitu pula gundukan mayat di belakangku.

Hari ini, tanggal 18 Bulan Tiga, Musim Semi 344 Mirandi. Sekali lagi dalam sejarah, diriku menjadi monster di jalan yang penuh dengan mayat. 

Ya. Penuh dengan mayat ….

“Apa kalian tuli, kubilang selanjutnyaaa!”

Duel masih berlanjut. 

Namun, dua puluh detik berlalu tak satu pun serdadu Mantel Jerami berani maju usai satu demi satu rekan mereka tumbang terhunjam oleh tombak di tanganku. 

Bahkan, ketika kudaku sudah sangat dekat dengan baris terdepan mereka.

“Siapa lagi yang mau istrinya menjanda dan putranya meyatim, hadapi aku!”

Jumawa, memang, aku takkan menyangkal keangkuhan di gelanggang gila ini.

Sedihnya, puluhan mayat yang kulewati sembari melangkahkan kaki kuda sampai ke titik ini membuktikan bahwa omongan barusan bukan sekadar bualan. 

Paling tidak, reputasiku yang sedang melejit ini sungguhan.

“Kaliaaan!” Kuarahkan mata tombak ke pagar tameng di depan. “Cepat kemari. Lawan aku … kau … kau … atau kau … siapa lagi yang berani menerima tantanganku, hah?”

Aku tahu mereka takut. 

Semakin nyaring auman singa terdengar, makin gemetar pula musuh-musuhnya di sabana, bukan?

Sesuai mauku sampai ….

“Apa kalian semua pengecuuut?” pekikku, makin dekat dengan barisan terdepan dan—Dug! Belum kering mulutku bekas teriak, barisan itu kini membelah bak sedang membukakan jalan.

Membuat diriku yang diterpa penasaran spontan teriak tanya, “Apa yang kalian lakukaaan?”

Detik berikutnya, terdengar sangkakala dari kejauhan disusul keluarnya sosok-sosok penunggang kuda di celah antara dua barisan tersebut, mengenakan zirah lengkap seolah menjawab tantanganku.

“Haha!” Seketika diriku dilanda senang, lantas memapak mereka tanpa pikir panjang. “Maju kaliaaan ….”

Sayangnya, para penunggang kuda tadi bukan datang untuk diriku.

“Sekaraaang ….” Melainkan sebagai tanda agar seluruh infanteri yang sedari tadi gemetaran memagariku segera maju menyerbu Istana Bate. 

Melewati diriku yang kala itu celingak-celinguk diterpa bingung. “Hoi-hoi-hoi, kalian mau ke mana?”

Lihat selengkapnya