Naskah sang kuasa

Zainur Rifky
Chapter #1

prolog

Aku memang bukan orang baik. Banyak sekali dosa yang telah aku perbuat dalam hidupku. Satu hal yang aku pikirkan, apakah ketika ajal menjemputku, masih ada orang yang bersedih atas kepergianjku? Apakah ada orang yang masih mau mengurus jenazahku bahkan mendoakanku?

Aku bukan tanpa alasan menjadi seperti sekarang ini. Aku tidak ingin seperti ini. Tak pernah terlintas dalam pikiranku untuk menjadi seperti yang telah aku lalui.

Apakah semua taubat yang telah aku lakukan akan diterima oleh sang kuasa? Apakah apa yang aku lakukan akan bisa menghapus semua jejak kesalahanku dari masa laluku yang begitu kelam dalam hidupku?

Aku hanya butuh jawaban. Aku hanya butuh jawaban, bukan penghakiman. Jawab pertanyaanku itu kawan? Kumohon jawab pertanyaanku. Aku hanya butuh keyakinan. Tolong jawab pertanyaan seorang pendosa sepertiku. Tolong yakinkan aku, apakah taubat yang sudah aku lakukan itu akan diterima oleh sang maha pengampun? Dosa yang aku lakukan sudah melampaui batas. Bahkan binatang tak pernah melakukan dosa seperti yang pernah aku lakukan.

Selama ini aku hanya mendapat penghakiman atas apa yang ada dalam diriku. Banyak orang yang mengaku orang baik tapi tak pernah menolong orang yang terlanjur tercebur dalam dunia seperti yang aku jalani kali ini. Semuanya hanya bisa memandangku sebelah mata. Apa lagi setelah kejadian yang tragis itu merenggut masa depanku.

***

Siang hari itu, di tanah suci. Tanah yang begitu diimpikan oleh banyak orang untuk bisa beribadah dan berdoa di tempat yang begitu mulia itu.

“Innalilahi wa inna ilaihi rojiun.” Orang-orang di sekitar tubuh lelaki itu hanya bisa meneteskan air mata. Lelaki yang sudah tak bernyawa itu telah meninggal dengan cara yang begitu baik. Iri sekali mereka dengan akhir hidup lelaki muda itu.

“Umar. Umar.” Wanita renta yang setia berada di samping lelaki yang bernama Umar itu hanya menangis saat mengetahui sang cucu sudah dalam kondisi tak bernyawa.

Dipanggil oleh sang kuasa di hari yang indah, di tempat yang indah dan saat melakukan ibadah. Saat melakukan sholat. Sujud terakhir dalam sholatnya, lelaki ini menghembuskan nafas terakhirnya.

“Bu, yang sabar ya. Insya Allah anandanya meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.” Wanita itu hanya mengiyakan. Di tempat yang mulia ini, dia berdoa agar sang kuasa berkenan memaafkan segala kesalahan sang cucu.

“Demi keagungan dirimu, aku mohon ampunilahj cucu hamba yang baru saja engkau panggil ke sisimu. Aku mohon, maafkanlan semua dosanya dan terima semua kebaikannya. Aku mohon!” Wanita itu terus menangis. Beberapa jamaah langsung mendekat dan turut mendoakannya di waktu dan tempat yang mereka percaya sangat mustajab.

Hari jumat di tanah suci, sang cucu menghembuskan nafas terakhirnya saat sholat sunnah. Dia melaksanakan sholat sunnah menjelang sholat jumat di tempat yang begitu agung. Seseorang mendekat dan memegang pundak wanita itu. Wanita itu langsung saja memeluk wanita yang ada di sampingnya. Wanita itu tak tau apa yang harus dia lakukan kepada jenazah sang cucu yang sudah terbujur di bawah teriknya matahari kota mekkah saat ini.

Lihat selengkapnya