Naskah sang kuasa

Zainur Rifky
Chapter #2

orang ketiga

Apa salahku? Apa yang telah aku perbuat sehingga kalian begitu tega meninggalkan diriku yang masih butuh cinta? Jika aku memang bersalah, tak bisakah kalian membicarakannya baik-baik? Kenapa sampai aku ditinggal dan tak lagi dianggap?

Aku tak tau kenapa aku bisa terlahir? Aku tak mengerti kenapa aku harus terlahir di dunia ini? Kenapa tuhan melahirkan aku? Apa aku harus merasakan semua penderitaan dan air mata ini?

Entah kenapa kasih sayang dari ayah sudah musnah setelah ada orang lain yang masuk dalam keluarga kami. Perempuan yang sama sekali tak aku kenal, dengan bangganya masuk dan meminta agar dia segera dinikahi. Ayah juga begitu mudahnya untuk main tangan pada ibu. Ibu diberikan beberapa kali hukuman berat seperti tamparan, tepat di hadapanku.

Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman, justru tak lebih dari neraka. Neraka dan sangat menyiksa. Aku hanya bisa menyaksikan ibu yang terus menangis dan hanya bisa menangis.

Tak kuasa aku untuk menghentikan itu. Tak jarang, ayah juga memberikan hadiah beberapa kali pukulan dan hinaan. Apakah dia sudah tak sayang lagi pada kami?

***

Siang itu, desa heboh dengan kedatangan seorang wanita cantik. Wanita cantik itu langsung menuju rumah salah seorang warga yang dikenal begitu berkecukupan. Tak lama, terdengar suara keributan di rumah tersebut. Rumah lelaki yang bernama Kusuma, menjadi buah bibir di kalangan masyarakat luas. Perempuan itu datang dan membawa aib bagi Kusuma dan orang tuanya.

“Mas, kau mengundangnya kesini?” Azura, sang istri hanya bisa menangis dan mengeluarkan tanya pada sang suami. Lelaki itu tak bergeming. Dia mempersilahkan wanita yang sudah menjadi pujaannya itu masuk dan duduk.

“Kenapa tidak Mbak? Bukankah kau sudah memberikan restu agar suamimu ini bisa bersamaku dan kami menikah?” Dengan wajah yang sama sekali tak bersalah, dia mengatakan itu di hadapan Azura dan anaknya yan masih kecil. anak itu langsungb saja menangis dan berlari keluar.

“Dasar wanita gak tau malu. Berani-beraninya kau jadi duri dalam rumahku.”

“Mas Kusuma mencintaiku. Cinta kami sudah tak bisa ditahan lagi. Jadi, iziknkan kami menikah. Kau akan mendapat hak khusus sebagi istri pertama.” Wanita itu hanya tersenyum dan menggoda Kusuma. Kusuma sendiri yang sangat mencintai wanita di sampingnya juga balik tersenyum dan memberikan kecupan hangat. Hal itu membuat Azura semakin panas dan ingin saja menampar dan memberi pelajaran pada perempuan itu.

“Kau…”

“Cukup Azura. Kau jangan kasar sesama perempuan.”

“Kau melarangku kasar? Padahal kau sendiri kasar pada istri dwn anak kamu? Apa aku tidak salah mendengar ucapanmu Kusuma?” Lelaki iktu sangat panas dan marah. Berani sekali perempuan yang ada di hadapannya memanggilnya dengan sebutan nama tanpa ada penghormatan sama sekali.

“Berani kau sama suami kamu?”

“Kenapa? Kenapa aku harus gak berani sama kamu? Memang kamu siapa bisa ngatur-ngatur aku? Kau beberapa hari ini juga kasar sama anak kamu sendiri kan?”

Lelaki itu mengangkat tangannya dan ingin menampar perempuan itu, tapi ada tangan lain yang langsung menahannya. Terlihat lelaki yang usianya lebih tua dan seorang anak kecil yang tampak ketakutan di belakang lelaki itu.

Lihat selengkapnya