Naskah sang kuasa

Zainur Rifky
Chapter #33

kembali ke rumah itu

Semuanya berjalan dengan banyak hal yan terjadi. Semua juga heboh atas apa yang terjadi pada Kusuma. Malam itu juga, tepat saat Umar baru saja melakukan hal itu, banyak warga yang berkerumun dan melihat Kusuma yang tengah terkapar di samping mobilnya. Entah kenapa, Kusuma kali ini juga bernasib sama dengan sang istri. Dia diserang orang tak dikenal hingga membuatnya tak berdaya.

“Pak, ini kenapa bisa terjadi. Siapa yang melakukan itu padamu dan istrimu?” Kusuma tak menjawab. Dia hanya meringis kesakitan merasakan bekas tusukan dan cucuran darah yang keluar tak henti-hentinya. Kusuma hanya meggeleng. Dia teramat sakit merasakan semua ini.

Para warga langsung saja membawa tubuh Kusuma menuju tempat yang mereka rasa aman. Mereka hanya ingin Kusuma mendapatkan perawatan yang layak seperti yang selama ini dia jalani.

***

Umar terdiam di kamarnya pagi itu. Dia hanya merenung dengan apa yang terjadi semalam. Mulai kejadian sang ayah terkapar hingga kejadian bersama Pras di tempat sepi.

Dua lelaki itu. Dua lelaki yang sungguh berbeda. Entah kenapa, pikirannya terus saja bertarung. Dia menganggap sang ayah bukanlah orang baik. Sang ayah bukanlah orang yang seperti banyak orang kenal. Seorang lelaki yang banyak melakukan kebaikan dengan harta yang dia miliki. Dalam hatinya, dia tak lebih dari seorang lelaki murahan.

Hal yang berbeda, juga Umar pikirkan terkait Pras. Lelaki yang entah apa yang sudah dia lakukan dengannya semalam itu sangat mengerti. Sangat mengerti apa yang terjadi padanya selama ini. Dia sangat tau dan bisa memahami terkait semua yang ada dalam hatinya kali ini.

“Umar.”

“Pakdhe?”

“Kamu kenapa sih Le?”

“Gak apa-apa Pakdhe. Pakdhe di sini?”

“Lho, gak boleh?”

“Maaf Pakdhe.”

“Umar, kamu ini kenapa sih Le? Kok sepertinya ada yang kau sembunyikan dalam hatimu?”

“Gak apa-apa Pakdhe. Gak ada apa-apa.”

“Serius ta Le? Beneran gak ada apa-apa?”

“Gak ada apa-apa Pakdhe. Beneran gak ada apa-apa.” Ismail sendiri terdiam dengan apa yang baru saja Umar jawab. Umar, kali ini dia sudah tak lagi sama seperti Umar yang dulu.

“Umar, kau mau tinggal di rumah pakdhe lagi?” Umar terdiam dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ismail. Entah kenapa, Ismail menawarkan hal itu padanya. Apa yang terjadi?

“Kenapa Pakdhe? Kan aku sudah dimnta Eyang untuk tinggal di sini.”

Lihat selengkapnya