Naskah sang kuasa

Zainur Rifky
Chapter #51

awas kalo kamu kemana-mana.

“Kenapa harus ditemani sih? Aku kan bisa pergi sama pulang sendiri.”

“Beneran bisa? Yakin gak bakal kesasar?”

“Lho, Bulek ini kenapa sih? Buat apa aku kesasar? Aku kan sudah tau jalan pulang.”

“Le, kamu kan juga pernah kesasar tho. Sampai pulang diatas jam 10.”

“Lho, kan sekali aja Bulek. Setelah itu gak pernah kan?”

“Le, padahal kamu itu waktu itu kan juga sudah lama tinggal di sini. Hari sebelumnya gak apa-apa. Pulang juga tepat waktu. Gak ada acara kesasar kan? Terus kenapa malam itu malah kesasar?” Umar hanya bisa terdiam dengan pertanyaan itu. Dia tak bisa menceritakan kemana sebenarnya malam itu dia pergi.

“Umar, kok malah melamun.”

“Eh, gak ada apa-apa Bulek.”

“Beneran gak ada apa-apa?”

“Gak ada.”

“Gak ada yang kamu sembunyikan dari bulek kan?”

“Bulek kenapa curiga sih?”

“Habisnya, kamu sampai bisa ada barang itu. Kan bulek jadi khawatir.” Umar hanya diam dan akhirnya pulang. Arumi hanya bisa menggeleng dengan apa yang terjadi.

Umar terdiam dan tak bisa berbuat apapun. Kali ini, dia lagi-lagi tak bisa untuk pergi ke tempat Pras dan bertemu dengan mereka. Ingin sekali dia mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf atas apa yang terjadi. Dia tau, Pras pasti sangatg kecewa dengan apa yang kemarin menimpanya.

Umar hanya terdiam karena banyak sekali hal yang kali ini sedang ada dalam kepalanya. Sampai tak sadar waktu sudah sangat larut dan dia belum juga bisa memejamkan mata.

“Umar, sudah malam Le. Tidur. Kamu besok itu harus sekolah.”

“Eh, iya Bulek.”

“Jangan iya-iya aja. Tidur.” Umar sendiri mau tak mau akhirnya menaiki ranjangnya. Arumi sendiri meminta kesabaran dan keluasan hati untuk bsa menghadapi dan selalu mengingatkan Umar. Arumi sendiri langsung saja menutup pintu kamar itu.

***

“Le, sudah pulang?”

“Sudah Bu Arum.”

“Umar kok belum pulang ya Le? Kamu tau dia kemana?”

“Tadi dipanggil Pak Shiddiq Bu. Gak tau ada perlu apa. Tapi kayaknya ada hal penting.”

“Ya sudah, terima kasih.” Alif sendir langsungb saja pulang setelah banyak hal yang dibicarakan dengan Arumi.

Arumi sendiri langsung saja menuju sekolah Umar. Dia langsung meminta informasi pada satpam terkait keponakannya.

“Bu Arum. Wali ananda Umar kan?” Seorang satpam langsung saja bertanya melihat Arumi mendatangi sekolah ini

“Iya Pak. Umar kemana ya Pak?”

“Lagi sama Pak Shiddiq Bu. Bisa ditunggu. Katanya gak lama.” Arumi hanya mengiyakan. Tak lama, satpam tersebut langsung saja mendekati seorang lelaki yang kali ini berada di kantor. Satpam tersebut langsung saja menghampiri Arumi dan meminta dia untuk menemui lelaki yang ada di depan kantor.

“Itu Pak Shiddiq Bu. Kesiswaan di sekolah ini.”

“Ya sudah. Terima kasih.”

Arum langsung mendekati Shiddiq dan lelaki itu terdiam dengan kehadiran wanita tersebut.

“Dengan Bu Arum? Wali dari ananda Umar?”

“Iya Pak. Ada apa?”

“Mohon maaf Bu, Umar pulangnya agak telat hari ini. Dia harus saya beri sanksi atas kesalahannya.”

“Kalo boleh tau, kesalahan Umar apa ya?”

“Dia sudah seminggu ini selalu datang terlambat. Jadi, dia harus saya beri hukuman.” Lelaki itu menujukkan catatan pelanggaran yang direkap oleh para guru. Arumi hanya terdiam melihat Umar yang kali ini tampak membersihkan salah satu sudut halaman sekolah seorang diri. Tapi, Arumi tak bisa berbuat banyak. Umar harus mendapat konsekuensi atas kesalahannya sendiri.

Lihat selengkapnya