Naskah sang kuasa

Zainur Rifky
Chapter #52

rumah teman kamu dimana sih?

“Mulya, aku baru les.”

“Les? Bukankah sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu?”

“Aku pulang belakangan.”

“Aku justru pulang paling akhir. Kamu kan sudah pulang duluan. Sebelum Alif pulang kan?” Umar sendiri tampak bingung dengan pertanyaan Mulya.

“Lho, kenapa ini? Kok sepertinya ada sesuatu?” Arumi sendiri yang baru pulang langsung saja mendekat. Ingin sekali Mulya cerita, sebelum Umar akhirnya membuat Mulya tak bisa cerita terkait semua yang jadi kecurigaannya.

“Eh, gak apa-apa Bulek. Cuma, bahas apa yang tadi terjadi di sekolah.”

“Oh gitu. Gak ada apa-apa kan?”

“Gak ada apa-apa Bulek. Semuanya baik.”

“Mulya, ada apa?”

“Eh anu Bu.”

“Oh, Mulya juga barusan tanya PR tadi Bulek. Tapi, semuanya sudah selesai. Gak ada yang terlewat. Semuaya beres.”

“Ya sudah kalo tugasnya beres. Umar, masuk ayo Le.”

Umar sendiri langsung saja menatap Mulya. Mulya sendiri bingung dengan apa yang baru saja Umar lakukan.

“Umar, kenapa kamu ngelakuin itu?”

“Gak usah bicara yang enggak-enggak. Seneng banget sih kalo aku dapat hukuman?”

“Umar, itu bukan aku mau kamu dihukum.”

“Sudah, awas kamu kalo bilang yang enggak-enggak.”

“Umar, jangab terus seperti ini. Gak baik.”

“Aku gak seperti yang kau pikirkan. Aku tadi keluar memang karena ada sesuatu. Sudah, gak perlu pikiran macam-macam.” Umar sendiri langsung masuk dan langsung saja mrnyiapkan segala kebutuhannya esok hari.

“Umar, kau darimana Le? Kok sepertinya baru pulang?”

“Gak dari mana-mana Bulek. Tadi rumahnya dikunci. Jadi gak bisa masuk.”

“Lho, kan kunci cadangan ada. Kenapa gak kamu pake?”

“Enggakn Bulek. Aku gak nyampe ke atas jendela.

“Kamu itu, kan gak pendek-pendek amat. Tubuh kamu juga gak kecil amat kok. Kalo buay naik kursi saja masih aman.” Umar sendiri hanya bisa terdiam dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Arumi. Arumi sendiri melihat tangan keponakannya tampak sedang bengkak. Arumi langsung saja kaget.

“Le, tangan kamu kenapa Le?”

“Oh, ini baru jatuh Bulek.”

“Sampai bengkak seperti ini?”

“Iya.”

“Bilang dong Le. Kan sakit kalo tangan kamu seperti ini.” Umar hanya bisa terdiam dan Arumi langsung saja mengambilkan beberapa obat. Semenjak Umar berada di rumahnya dan tinggal bersamanya, Arumi selalu menyediakan obat. Entah kenapa, Umar sendiri sering sekali sakit dan ada masalah yang ada di pernafasannya.

“Bulek, sudah gak apa-apa. Ini hanya bengkak biasa kok.”

“Gak bisa seperti itu dong Le. Ini harus segera diobati. Biar gak terjadi hal yang diinginkan.”

“Tapi sudah gak sakit lagi.”

“Sudah, sini tangannya.” Arumi sendiri langsung saja mengoleskan minyak dan sedikit memijat tangan itu. Umar sendiri hanya bisa meringis. Sakit sekali rasanya.

Lihat selengkapnya