Naskah sang kuasa

Zainur Rifky
Chapter #56

pergi ke rumah eyang

“Aku gak tau Imran.”

“Kok gak tau sih Kak?”

“Aku memang gak tau. Aku gak tau harus bilang nyaman atau enggak.” Imran hanya menatap Mulya dan Alif. Dia meminta jawaban dari mereka.

“Kenapa? Kenapa kau jadi seperti itu Imran?”

“Aku minta jawaban kalian. Gitu aja kalian nggak ngerti.”

“Kalo aku lihatnya nyaman aja. Betul kan Lif?”

“Iya. Ya, namanya Umar. Begitulah.”

“Gak pernah geger gitu?”

“Enggak tuh. Buleknya soalnya disiplin. Apalagi kan hanya Umar yang tinggal di rumah itu. Jadi, wajar sih kalo Umar dapat perhatian lebih.” Umar hanya mendengar semua itu dan tak banyak berkomentar. Mereka sendiri tak tau dengan apa yang sedang Umar alami.

“Umar, nanti pulang bareng aku ya.” Alif langsung saja mengajaknya bicara. Umar sendiri sebenarnya sudah ada rencana lain.

“Enggak. Gak usah. Aku ada rencana lain.”

“Rencana kemana? Mau ngerjakan tugas? Kan kita satu kelompok. Ngerjakannya di rumah kamu aja.” Umar sendiri tak bisa membantah. Dia tak ada alasan lain untuk tak mengikuti mereka.

“Terserah kalian saja.”

“Lho, kok terserah aku sih? Umar, ini tugas kita lho. Gak bisa alo terserah aku atau Alif saja.” Umar sendiri tak bisa banyak komentar terkait apa yang baru Mulya katakan.

***

“Le, tadi Umar gak apa-apa kan? Maksudnya, dia gak bikin ulah atau gimana gitu?” Arumi yang bertemu Alif dan Mulya langsung saja mengajaknya bicara.

“Enggak Bu. Cuma seharian dia kayak murung aja. Tadi cemberut aja.”

“Seharian?”

“Iya Bu.” Arumi hanya terdiam. Dia akhirnya langsung pulang. Tapi malam ini sepertinya kedua anak itu akan mengikutinya.

“Le, mau kemana?”

“Mau ketemu Umar. Mau ngerjakan PR.”

“Lho, ada PR?”

“Ada, Bu.”

“Ya udah. Ayo.” Mereka sendiri mengikuti langkah Arumi.

Umar sendiri yang tengah sendiri terujs terdiam dan menyiapkan segala kebutuhannya. Arumi hanya menggeleng melihat keponakannya belum menyiapkan satu buku di meja.

“Umar. Teman kamu datang. Katanya ada PR. Udah, kerjakan PR-nya. Gak usah kemana-mana.”

“PR?”

“Lho, masa kau lupa sih? Kenapa mereka bilang ada PR?” Umar hanya terdiam dan tak bisa membantah saat kedua temannya langsung saja membuka buku pelajaran mereka.

Lihat selengkapnya