Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #5

Vinayaka

"Aku akan menghabisi mereka semua, orang-orang yang mencuci otak adikku," gumam seorang pemuda yang baru saja turun dari vimananya.

"Steve?, tenangkan dirimu, sebentar lagi ada pertemuan, kalau saat itu terjadi dan kau masih dikuasai amarah takkan ada keputusan baik yang akan kita terima," ucap gadis yang ada disebelahnya.

Mendengar hal itu pemuda bernama Steve tadi menghela napas sebentar, wajahnya masih diselimuti amarah. Sebentar dia menatap gadis bernama Zahra itu dalam-dalam lalu kembali memalingkan mukanya dan kembali berjalan menuju kedalam keraton Ariloka. Saat dia mulai melangkahkan kakinya turun dari vimananya maka saat itu juga pada abdi dalem keraton Ariloka menyambutnya, langkah beratnya membuat semua orang disana ketakutan, hawa disekitarnya sangat kasar dan mengerikan.

"Semenjak tuan Ihsan mengumumkan perang, tuan Steve jadi seperti ini," ucap seorang penjaga.

"Wajar aja gak sih kalau dia jadi pemarah, adiknya sendiri yang menantang perang akbar ini untuk terjadi," gumam penjaga lainnya yang ternyata didengarkan oleh Zahra.

Mendengar keluhan-keluhan itu Zahra segera bertindak dengan merentangkan tangannya dan tiba-tiba bunga melati berjatuhan dari langit. Hal itu disambut dengan meriah oleh orang-orang disana terkecuali kedua penjaga tadi yang takut karena mengetahui bahwa obrolan mereka didengarkan.

"Terimakasih sudah menenangkan orang-orang, kau memang sangat perhatian Sidhirani," ucap Steve memakai telepati.

"Kau juga coba lebih hati-hati dalam menunjukkan amarahmu itu," balas Zahra dengan telepati.

Mendengar itu Steve akhirnya tersenyum dan memanggil Zahra dengan tangannya untuk memeluk wanita yang selalu berusaha menenangkan dirinya itu.

"Mungkin selama ini aku terlalu fokus dengan pembalasan dendam, aku tidak seharusnya menebar kebencian ke orang yang salah, targetku ada di pertempuran nanti, bukan para prajurit yang tak bersalah ini, aku boleh marah, tapi hanya pada orang yang tepat," pikir Steve sembari berjalan kedalam keraton Ariloka bersama Zahra.

Sesampainya di dalam keraton, Steve disambut dengan para pelayan yang menawarkannya berbagai macam kudapan dan Steve menakan beberapa hingga akhirnya pandangannya tertuju pada setumpuk brownies dan matanya langsung berbinar, emosinya seolah mereda dan perlahan dia menuju nampan besar berisi brownies itu dan mulai mengambilnya dengan malu-malu. Begitu Steve mengambilnya dia langsung duduk untuk menikmati sepotong kue itu, perlahan dia masukkan kue itu kedalam mulutnya dan mulai mengunyahnya, waktu itu Steve masih menjaga postur dan wibawanya meski tangannya sudah mengambil sepotong lagi brownies itu meski masih mengunyah. Melihat itu Zahra mulai bisa tenang karena Steve sudah mulai reda emosinya dan berganti dengan senyuman riang sambil terus mencomot brownies disampingnya sepotong demi sepotong dan mulai bersantai tak menyadari kalau Alim dan Yusuf baru saja keluar dari ruangan dan menyaksikan kakaknya itu mulai tak mempedulikan apapun kecuali potongan kue di depannya.

"Eeee kak Zahra, kapan kalian datang," tanya Alim.

"Eh!?, kau tiba-tiba aja, hmm baru saja datang," ucap Zahra.

"Apa kita perlu memberitahunya atau bagaimana," ucap Yusuf.

Lihat selengkapnya