Kamis, 10 Oktober 2013, dini hari.
"Ihsan, apa anggota aliansi kita sudah kau beritahu tentang negosiasi ini," tanya Shafa sembari membawakan sepiring sate kambing, nasi dan sambal untuk Ihsan.
"Sudah kok, mereka mempercayakan keputusannya padaku, hmm kau sudah makan Shafa?," tanya Ihsan sembari mengambil air untuk dirinya sendiri dan juga untuk Shafa.
"Belum Ihsan, aku menunggumu makan," ucap Shafa.
Mendengar hal itu Ihsan tersenyum kecil mengambil sebuah suapan lalu perlahan dia arahkan suapannya kearah Shafa. Melihat hal itu Shafa membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Ihsan dan mulai makan bersama.
"Kadang aku lupa betapa kuatnya lelaki di hadapanku ini, kadang aku lupa betapa mengerikannya dia saat dia mulai bertarung dan aku kadang lupa kalau dialah yang menantang Dunia untuk pertempuran akbar ini, yang kutahu dia adalah lelaki yang lembut nan baik hati, yang menebar kehidupan dengan tindakannya, aku ingin selalu mengenalnya seperti itu, Mahadewa yang mulia," pikir Shafa saat makan bersama Ihsan.
Pagi harinya di keraton Ariloka. Alim terlihat beranjak dari kamarnya dan berjalan menuju pemandian, mempersiapkan dirinya untuk pertemuan dengan sang adik.
"Aku harus melakukan yang terbaik, Ihsan juga tidak akan menunjukan kelemahan, pertempuran ini mungkin akan mengerikan tapi pasti ada manfaatnya, aku tau adikku itu, dia punya tujuan meski kadang langkahnya agak kurang bisa diterima, saat ini aku dan dia akan pulang menuju tanah kelahiran kami, berdiskusi untuk masa depan, aku tau pertempuran ini tak bisa lagi dicegah tapi setidaknya aku ingin hasilnya memuaskan, aku ingin manfaat yang diberikan lebih besar dari kehancuran yang terjadi," pikir Alim sembari berjalan menuju pemandian dengan langkah yang semakin mantap, wajahnya sudah bisa terangkat, merelakan segalanya, siap menghadapi adiknya.
Sementara itu di Jonggring Saloka. Ihsan dan orang-orang pilihannya sudah siap untuk berangkat menuju Tirtawangi. Sebuah saubha vimana berukuran fantastis berderu didepan mereka saat Ihsan datang menuju vimana itu didampingi oleh Shafa. Sementara itu dibelakang mereka berdua ada empat orang ksatria terkuat yang memihak pada sang Ananta Hara yang memberikan mereka tempat tinggal di keratonnya serta Rio, seorang sahabat yang sangat dipercaya Ihsan.