“Sesuai permintaanmu wahai Narayana, jadi apa yang akan pertama kali akan kita bahas,” ucap Ihsan sembari duduk ditempatnya.
“Kita akan mulai dari permasalahan fundamental, peraturan perang dan keterangan pasukan masing-masing,” ucap Alim sembari membuat beberapa peraga.
“Peraturan perang ya, hal yang mungkin akan dilanggar, bagaimana kalau kita sederhanakan saja peraturannya, tak boleh melampaui batasan wilayah, rumah ibadah dan fasilitas umum lainnya tak boleh dihancurkan atau terjadi konflik didalamnya, tak diperkenankan dengan sengaja membunuh selain petarung dalam pertempuran, tak boleh mengangkat senjata pada orang yang sedang beribadah atau tidur dimanapun itu serta dilarang untuk memutilasi mayat," ucap Ihsan.
"Peraturan dasar pertempuran ya, kurasa semua orang akan paham itu," ucap Kusuma.
"Sayang sekali tuan, peraturan ini hampir dilupakan, semenjak kematianmu peraturan ini sering dilanggar dengan alasan strategi. Tawanan perang, serangan ke fasilitas umum, serangan malam dan beragam hal lain dilakukan semata-mata untuk meraih kemenangan," ucap Ihsan.
"Aku terima peraturan itu oh Pashupati, bagaimana dengan penggunaan senjata," ucap Alim.
"Izinkan saja semua macam persenjataan, pembatasan senjata hanya akan dilanggar," ucap Bhatara.
"Kau sungguh realistis tuan Bhatara, bagaimana Alim, apakah
ini berarti aku bebas membuat senjata apapun," tanya Yusuf yang
menyeringai lebar mendengar Bhatara.
"Jadi dia Brahma, aku harus segera melumpuhkan pergerakannya, dia nampaknya berbahaya kalau dibiarkan terlalu lama di medan
tempur, pengetahuannya tentang persenjataan akan menjadi masalah yangyang serius," pikir Bhatara sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Aku setuju dengan ini, bagaimana denganmu Pashupati," tanya Alim.
"Aku juga setuju, mari kita lanjutkan pembahasan, waktu istirahat," ucap Ihsan.
"Aku izin bicara, untuk waktu perang tidak dibatasi waktu istirahat kecuali waktu ibadah dan waktu pemulihan saja, peribadahan juga akan diatur di tenda perang masing-masing," ucap Steve.
"Bagaimana menurut kalian, apa ada yang tidak setuju dengan
peraturan ini,” ucap Ihsan.
“Ini peraturan yang unik, hanya saja karena peraturan pertama yang sudah disetujui kita juga harus membuat waktu tidur, benarkan?,” ucap Alan.
“Tidak akan ada waktu tidur yang pasti, para pejuang akan punya kapasitas tempur yang berbeda, ada yang bertempur di siang hari, ada yang berjaya dimalam hari, selain itu para pejuang dengan pangkat rathi keatas bisa bangun dengan waktu tidur sekejap, jadi aku lebih mengusulkan adanya sif tempur, ada yang bertempur dari fajar sampai siang, siang sampai sore, sore sampai terbenam matahari, terbenam matahari sampai malam, malam sampai dini hari dan dini hari sampai fajar, wajib memilih tiga atau lebih dari waktu itu untuk bertempur, yang sedang tidak bertempur harus menghapus tilaka, apabila tidak memenuhi batas minimum pertempuran maka pasukan harus dibebastugaskan, apabila alasannya bagus maka boleh keluar dari medan tempur apabila tak memiliki alasan yang bagus boleh untuk dibunuh,” ucap Steve.
"Dibunuh!?, apa maksudmu," ucap Alan.